Shalom, Kasih Karunia Allah
memberkati kita semua. Sebelumnya penulis menyampaikan ungkapan terima kasih
kepada rekan-rekan pengurus yang telah menyediakan wadah yang inklusif untuk
penulis membuat renungan ini dengan harapan agar pembaca dapat menyadari pentingnya
“kerugian” dalam hidup seseorang melalui sebuah lagu yang menjadi favorit
penulis hingga kemudian menjadi judul renungan bulan ini.
Lagu “Terjebak Bersama” dari The
Rain merupakan refleksi mendalam tentang hubungan yang telah teruji oleh waktu.
Dirilis pada Desember 2021 sebagai bagian dari perjalanan musik mereka, lagu
ini menyajikan narasi tentang dinamika hubungan yang penuh suka dan duka, namun
tetap bertahan karena adanya rasa syukur dan penerimaan.
Dalam lagu ini, The Rain mengajak
pendengar untuk melihat kata “terjebak” dari sudut pandang yang berbeda.
Biasanya, “terjebak” memiliki konotasi yang negatif, namun melalui lirik
seperti:
“Mereka bilang kita terjebak
bersama, itu benar adanya. Oh, beruntungnya aku, terjebak bersamamu”.
Pembuat lagu ini berusaha untuk
menyampaikan bahwa orang-orang yang selalu menganggap hubungan yang terjadi
ditengah-tengah situasi yang tidak menguntungkan sebenarnya justru dapat
menjadi anugerah. Kalimat ini mengungkapkan bahwa bersama seseorang yang
dikasihi, segala keterkaitan terasa menyenangkan dan penuh dengan ucapan
syukur.
Penulis menyimpulkan kalimat
“terjebak” bersama seseorang yang kita kasihi bisa menjadi anugerah. Lagu ini
menggambarkan hubungan yang tidak selalu sempurna; ada saat-saat saling
membenci, namun juga ada tawa dan kebersamaan yang membuat
segalanya berharga.
Dalam bait pertama lagu tersebut
juga memiliki pesan tersirat bagaimana pertemuan dalam hidup adalah keajaiban
dan berharga. Kebersamaan dalam menjalani suka duka menunjukkan kekuatan hubungan
dan makna mendalam dari perjalanan hidup bersama terkasih (dalam hal ini
sahabat, keluarga, dan sebagainya).
Dalam konteks Alkitabiah,
“terjebak bersama” dimaknai sebagai syukur dan setia. 1 Tesalonika 5:18
berbunyi “Ucaplah syukur dalam segala hal, sebab itulah yang
dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu”. “Kasih itu sabar;kasih itu
murah hati....”(1 Korintus 13:4a). “Ia menutupi segala sesuatu,
percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala
sesuatu”. Pengikut Kristus yang sejati memilih bertahan bukan karena
nyaman, tapi karena kasih, itulah bentuk pelayanan yang sejati. Kasih tidak
selalu harus terasa manis, terkadang perlu pengorbanan lebih untuk menghasilkan
buah yang baik. Tuhan membentuk manusia menjadi pemikir yang kritis dan
pemimpin Kristen yang bernilai Kasih tidak selalu melalui jalan yang “nyaman”
terkadang Tuhan memberikan jalan yang membiarkan manusia untuk “terjebak”
seperti ditengah dinamika organisasi yang melelahkan, tanggung jawab yang berat,
relasi yang menantang. Kita bertanya dalam hati “haruskah terus bertahan?”,
“apakah aku masih dibutuhkan disini? Atau bahkan “ngapain jadi panitia/pengurus
kalau tidak dapat SKS? Rugilah”.
Namun, saat kita berhenti sejenak
dan merenung, ternyata justru di situasi itu dimana selalu ada tekanan yang
membuat tidak nyaman malah membuat kita belajar banyak dan sadar bahwa kasih
pasti selalu dibarengi dengan pengorbanan (Yohanes 15:13, 1 Yohanes 3:17).
Seperti lagu “Terjebak Bersama”,
mungkin memang kita tidak merencanakan untuk berada di titik ini. Tapi bukankah
Tuhan seringkali memakai situasi yang tidak kita rancang untuk membentuk kita?
“Mereka bilang kita terjebak
bersama, itu benar adanya. Oh beruntungnya aku, terjebak bersamamu”; Penulis menegaskan kembali
bahwa kadang Tuhan “membiarkan” kita dalam situasi sulit untuk mengajarkan kita
arti kasih sejati. Kasih yang memilih untuk tetap tinggal, sekalipun ada luka;
kasih yang menemukan anugerah dalam keterikatan yang mudah. “Terjebak bersama”
mungkin bukan kondisi yang kita harapkan namun pasti menjadi kondisi yang kita
butuhkan karena bisa menjadi tempat dimana Tuhan menyatakan kasih-Nya secara
nyata.
Tuhan tahu, kamu mungkin ragu
karena apa yang kamu dengar atau lihat. Tapi ingatlah, gereja dan organisasi Kristen
bukanlah tempat untuk orang yang sempurna, melainkan tempat di mana orang yang
RAPUH bertumbuh bersama. Justru lewat keterlibatanmulah, Tuhan bisa pakai kamu
menjadi bagian dari perubahan yang baik. Kadang yang dibutuhkan bukan orang
yang sudah yakin, tapi yang mau melangkah demi Iman.
ROH KUDUSLAH YANG MENUNTUN.
AMIN.
Sangat bermanfaat
BalasHapus