“Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah
ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu
bukan dengan barang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah
yang mahal,yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda
dan tak bercacat” (1 Petrus 1:18-19)
Pada Hari
Minggu Palma, kita bersukacita untuk merayakan suatu peristiwa penting: Yesus
memasuki kota Yerusalem dengan jaya! Dia dielu-elukan sebagai raja,
disambut dengan gembira serta sukacita yang meluap-luap sambil diiringi dengan nyanyian;
“Hosana, Hosana” (Matius 21:1-9; Markus 11:1-10; Lukas 19:28-44).
Arak-arakan Yesus memasuki kota Yerusalem hanyalah bagian kecil yang mengawali kisah
sengsara-Nya. Dan dalam waktu yang relative singkat terdengar teriakan;
“salibkan Dia, salibkan Dia” (Lukas 23:21). Minggu Palma menjadi tanda dimulainya
Pekan Suci,
yaitu pekan yang penuh dengan kesengsaraan dan penderitaan.
Minggu
Sengsara adalah hari-hari kehidupan Yesus Kristus menjelang peristiwa penyalibanNya, yang diikuti dengan penguburanNya dan mencapai
puncaknya pada waktu kebangkitan dari kematianNya.
Peristiwa-peristiwa yang terjadi dicatat terperinci dalam bagian Perjanjian Baru, terutama dalam
keempat injil utama,
yaitu Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes.
Menurut perhitungan para pakar Alkitab,
hal ini terjadi pada tahun 30-33 M.
Minggu
sengsara adalah bagian yang tidak bisa di pisahkan dengan perjalanan hidup Yesus
di dunia, bahkan di mulai pada perjanjian lama dimana para nabi telah menubuatkan
kelahiran hingga penderitaa-Nya. Yesus menderita bukan karena Ia bernasib sial tapi
karena ia menggenapi jalan yang di tentukan oleh Bapa, yaitu mati untuk menebus
dosa manusia.
Ketika
berbicara mengenai minggu sengsara, pertanyaan besar yang terkadang timbul yaitu
“Mengapa Yesus rela untuk sengsara” ? “Oleh karena engkau berharga di mataKu dan
mulia, dan Aku ini mengasihi Engkau.” (Yesaya43 : 4a). Salib adalah tanda bukti
betapa berharganya kita di mata Allah, sehingga Ia mau berkorban bagi kita. Ini
adalah anugerah terbesar yang Allah berikan bagi kita.
Minggu
sengsara mengingatkan kita kembali betapa mengerikannya penderitaan yang harus
di hadapi Yesus hanya untuk menebus dosa-dosa kita, Yesus akhirnya ditangkap di
taman getsemani karena penghianatan Yudas. Setelah ditangkap kemudian Dia dibawa
kehadapan Mahkamah Agama. Yesus seorang diri menanggung beban. Petrus menyangkal
diri-Nya. Murid-murid yang lain lari ketakutan. Yesus harus mengalami pengadilan
yang tidak adil dihadapan Pilatus. Yesus mengalami penghinaan, cercaan, makian,
serta rangkaian perlakukan keji dan tidak manusiawi. Yesus menempuh jalan “Via
Dolorosa” yaitu jalan penderitaan; ketika Dia memikul salib-Nya menuju Kalvari.
Yesus telah memilih jalan penderitaaan sebagai tanda ketaatan kepada Bapa yang
mengutus-Nya. Penderitaan-Nya menjadi bukti betapa luar biasanya cinta kasih-Nya
kepada kita orang percaya.
Menghayati
dan merenungkan penderitaanNya, membuat kita menyadari siapa diri kita yang
sebenarnya yang bukan siapa-siapa namun ditebus dosanya untuk hidup baru yang
lebih baik dan lebih berharga, sudah seharusnyalah kita menyatakan ungkapan syukur
kita melalui sikap kita layaknya orang yang telah di tebus, menjadi teladan dan
cerminan kristus yang telah rela berkorban untuk orang lain di tengah dunia dan
menyatakan kedaulatan Tuhan melalui integritas kita sebagai umat Kristen.
Kematiannya sebagai korban juga membuka jalan bagi manusia yang tidak sempurna untuk
memiliki hubungan baik dengan Allah, dan di bebaskan dari dosa dan kematian.
Rasul
Paulus pada Roma 8;18 “Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak
dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita” Yesus tahu
benar apa yang akan terjadi pada hidupNya, namun Ia tetap memilih jalan penderitaan,
dan pada akhirnya Ia ditinggikan dan di permuliakan. Demikian juga dengan kita.
Karena itu tetaplah bertekun dalam pengharapan!
Written by: Icha Lintin (mnj 14)
Komentar
Posting Komentar