Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2017

Bersukacita di Dalam Tuhan

Bersukacita di Dalam Tuhan Galatia 5:22 “Tetapi buah roh ialah kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan kesetiaan,” Filipi 4:4 “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi ku katakana Bersukacitalah!” Kedua nats alkitab kita hari ini sangatlah sering didengar, mungkin saat masa sekolah minggu sebagai ayat hafalan. Namun, tahukah kita? Bahwa hal ini masih dianggap remeh oleh kebanyakan orang. Sukacita, sebuah rasa senang yang lebih ini kadang dinilai lebih mengarah kepada kecukupan dalam keadaan yang serba tersedia. Dari kedua nats yang singkat ini, mari kita renungkan lebih dalam lagi. Sebuah emoticon “:)” dalam sebuah chat atau SMS dapat mengartikan bahwa kita menulis pesan dalam keadaan bahagia, senang, maupun bersukacita. Abraham Lincoln pun pernah menggunakan emoticon dalam text pidatonya pada tahun 1862, setelah kata smiling di transkripnya. Kebahagiaan atau sukacita merupakan sebuah kondisi impian. Pada Surat Paulus kepada jemaat Galatia terd...

Membangun dan Menguatkan

Membangun dan Menguatkan “Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.” (Ibrani 10:24-25) Dalam menjalani kehidupan ini, tak dapat dipungkiri bahwa masalah bisa saja datang silih berganti. Masalah-masalah yang datang terkadang mampu kita hadapi seorang diri tetapi ada kalanya masalah itu terlalu berat dan kita membutuhkan topangan dari orang lain. Tuhan Yesus sendiri memang menciptakan manusia sebagai makhluk sosial dan bukan makhluk individualis. Dalam Kejadian 2:18 berkata “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” Firman ini memiliki arti bahwa manusia memang diciptakan memiliki keterkaitan  dengan sesamanya. Kita sebagai manusia meman...

Mengampuni Di Saat Hati Terluka

Mengampuni di Saat Hati Terluka “Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: “Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa kepada aku? Sampai tujuh kali?” Yesus berkata kepadanya:” Bukan! Aku berkata kepadamu: “Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.”(Matius 18:21-22) Syalom PMKOers… Apakah kita terluka oleh kekasih/teman dekat yang berkhianat? Apakah kita terluka karena perkataan dan tingkah laku orang-orang disekitar kita? Apakah kita terluka karena kekerasan orang tua? Apakah kita terluka karena masa kecil merindukan kasih sayang seorang ayah/ibu  (tapi mereka telah meninggal) ? Apakah kita terluka karena tekanan dan persoalan kehidupan yang modern? Dan mungkin masih banyak hal-hal yang menyebabkan kita terluka. Kekecewaan dan kepedihan di dalam hati membuat kita merasa hidup ini kosong dan hampa, penderitaan, luka emosional menghalangi kita menikmati hubungan sepenuhnya dengan Bapa di Sorga. Ham...