Langsung ke konten utama

Mengampuni Di Saat Hati Terluka

Mengampuni di Saat Hati Terluka
“Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: “Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa kepada aku? Sampai tujuh kali?” Yesus berkata kepadanya:” Bukan! Aku berkata kepadamu: “Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.”(Matius 18:21-22)

Syalom PMKOers…
Apakah kita terluka oleh kekasih/teman dekat yang berkhianat?
Apakah kita terluka karena perkataan dan tingkah laku orang-orang disekitar kita?
Apakah kita terluka karena kekerasan orang tua?
Apakah kita terluka karena masa kecil merindukan kasih sayang seorang ayah/ibu  (tapi mereka telah meninggal) ?
Apakah kita terluka karena tekanan dan persoalan kehidupan yang modern?
Dan mungkin masih banyak hal-hal yang menyebabkan kita terluka.
Kekecewaan dan kepedihan di dalam hati membuat kita merasa hidup ini kosong dan hampa, penderitaan, luka emosional menghalangi kita menikmati hubungan sepenuhnya dengan Bapa di Sorga.
Hampir setiap kita di dalam hidup ini pernah mengalami yang namanya sakit hati. Disakiti, dilukai, dikhianati, digosipkan, difitnah atau diperlakukan tidak adil oleh orang-orang disekitar.Apabila sakit hati tersebut tidak secara cepat diatasi maka akan menimbulkan masalah-masalah yang lebih serius dalam hidup kita. Kita akan menjadi orang yang hidup dalam kehampaan, kesepian,dan dendam kesumat. Kita akan gampang marah, mudah tersinggung, berpikiran negatif, pasif, dan cenderung menganggap hidup kita tidak berharga.
Luka batin dan sakit hati muncul bukan karena perbuatan orang lain yang membuat kita sakit hati, tetapi justru terletak pada respon kita terhadap perbuatan orang tersebut. Alkitab memberi contoh dari kehidupan Yusuf yang begitu pahit oleh ulah saudara-saudaranya yang kecewa dan sakit hati sehingga mereka memperlakukan Yusuf dengan tidak adil. Tetapi Yusuf tidak menjadi pahit, benci, dan dendam. Justru Yusuf memberi pengampunan. Ini terjadi karena Yusuf memilih untuk merespon secara positif terhadap setiap masalah yang dihadapinya. Yusuf memiliki roh yang kuat. Ia tidak pernah mengisinkan kemarahan dan sakit hati menguasai dirinya sehingga ia bebas dari luka batin.
“Waktu tidak dapat menyembuhkan luka batin. Kesembuhan luka batin hanya dapat terjadi ketika kita mengijinkan kuasa kasih Kristus menguasai hati kita. Bukankan Alkitab berkata bahwa Dialah yang menanggung segala beban kita?”
(Matius 28:11, Yesaya 53:4-6).
Berikut beberapa cara yang bisa PMKOers lakukan untuk menyembuhkan luka batin kita…
Menyadari bahwa kita sedang terluka. Berlakulah jujur dan terbuka kepada Tuhan. Seringkali kesombongan menjadi penghalang untuk mengakui bahwa kita sedang terluka. Mintalah agar Tuhan memberikan kekuatan untuk mengakuinya.
Berusahalah untuk membuang perasaan-perasaan negatif yang masuk dalam hati kita. Kekesalan, kebencian, pemberontakan…jika terus menyimpannya akan menjadi racun yang mematikan. Katakan dengan tegas “Saya mengusir segala kebencian, kekesalan, kemarahan, dan dendam dari dalam hati saya!”.
Berilah pengampunan kepada orang yang melukai kita. Ini hal yang paling sulit tetapi harus dilakukan. Kita tidak akan pernah sembuh dari luka batin jika tidak mau mengampuni, bahkan Tuhan tidak mau mengampuni kita. Jika kita punya keinginan tetapi tidak mampu menjalankannya maka berdoalah agar Tuhan memberikan kekuatan.
PMKOers ingin bebas dari luka batin?
Berilah pengampunan kepada orang yang menyakiti kita, maka kita akan menemukan damai sejahtera, sukacita, dan kekuatan yang melimpah untuk menjalani kehidupan ini.
“Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu” (Matius 6:15,16).
Amin. Selamat belajar mengampuni PMKOers

Jennyfer M A Parung
Ilmu Ekonomi 2010

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membangun dan Menguatkan

Membangun dan Menguatkan “Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.” (Ibrani 10:24-25) Dalam menjalani kehidupan ini, tak dapat dipungkiri bahwa masalah bisa saja datang silih berganti. Masalah-masalah yang datang terkadang mampu kita hadapi seorang diri tetapi ada kalanya masalah itu terlalu berat dan kita membutuhkan topangan dari orang lain. Tuhan Yesus sendiri memang menciptakan manusia sebagai makhluk sosial dan bukan makhluk individualis. Dalam Kejadian 2:18 berkata “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” Firman ini memiliki arti bahwa manusia memang diciptakan memiliki keterkaitan  dengan sesamanya. Kita sebagai manusia meman...

Renungan Bulan Desember

Firman Tuhan Adalah Benih Yang Menghidupkan ( Mzm. 1:1-3 ; Luk. 8:11-15) Mazm. 1:1-3    Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil. Firman Tuhan adalah makanan rohani orang percaya untuk bertumbuh akan pengenalan kepada Yesus dan kebenaran-Nya. Namun dewasa ini, banyak orang Kristen yang enggan membaca Alkitab dengan berbagai alasan. Padahal, jika kita membaca dalam Mzm. 1:1-3, seharusnya kita senantiasa membaca bahkan merenungkan Firman Tuhan agar kita menjadi orang yang diberkati di dalam Dia. Menjadi orang yang diberkati bukan menjadi tujuan hidup orang yang hidup di dalam Tuhan, melainkan suatu anug...

Review Pendalaman Alkitab

DOA Waktu Pelaksanaan      : Selasa, 12 Oktober 2021 Pemateri                       : Ev. Pieter G. O. Sunkudon Jumlah Peserta             : 47 orang Ayat Alkitab                : Matius 6:5-15      Doa merupakan kebiasaan atau gaya hidup setiap orang percaya sehingga seringkali dikatakan doa sebagai nafas hidup orang percaya. Seringkali kita berdoa tetapi tidak juga didengar atau dibalaskan oleh Tuhan. Hal ini dikarenakan beberapa kesalahan yang kita perbuat ketika berdoa. Dalam Matius 6:5-8, Tuhan Yesus mengajarkan bagaimana seharusnya sikap seseorang dalam berdoa. Dalam firman Tuhan tersebut, dikatakan bahwa seringkali banyak orang yang berdoa seperti orang munafik yang berdoa di tempat umum untuk dilihat atau dikenal...