KASIH: REFLEKSI GAMBARAN ALLAH DALAM MANUSIA
(Ayat Alkitab: I Kor. 13 : 1 – 13, Mat. 22 : 37 – 40, I Kor. 16 : 14)
Shalom PMKOerz…
Nama:Rio Alsen Pratama Tempat,Tanggal Lahir:Malino,15 April 1996 Alamat : Kostrad Kariango,Maros Jurusan/Angkatan:Manajemen/2014 |
Berbicara tentang Kasih, tentunya kita sebagai orang percaya memiliki persepsi yang berbeda-beda tentang Kasih, dan saya percaya kita sebagai orang Kristen sudah mengerti tentang apa itu Kasih, karena istilah ini sudah sangat lazim kita dengar, dan mungkin sudah sangat sering kita dengar dalam khotbah-khotbah di Kebaktian Hari Minggu, di ibadah-ibadah PMKO FEB-UH maupun di ibadah-ibadah lainnya, bahkan dari Sekolah Minggu kita sudah diajarkan tentang Kasih.Sebelum kita membahas membahas lebih jauh tentang Kasih, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu arti kata “Kasih” dalam Teologi Kristen. Menurut Thomas Aquinas (seorang filsuf dan teolog Gereja Katolik) Kasih adalah persahabatan manusia demi Allah yang mempersatukan kita dengan Allah. Selanjutnya Kasih ini dijabarkan dalam Alkitab seperti dalam I Korintus 13 : 1 – 13 tentang Kasih, Matius 22 : 37 – 40 tentang Hukum Kasih, Yohanes 13 : 31- 38 tentang Perintah Baru untuk saling mengasihi, dan masih banyak lagi.
Tema renungan kita kali ini yaitu Kasih: Refleksi Gambaran Allah dalam Manusia. Apa identitas utama yang membedakan kita dengan orang diluar kita? Tentu saja yang membedakan kita dengan orang diluar kita yaitu Kasih. Kasih sudah menjadi identitas orang Kristen dan telah melekat dalam kehidupan kita. Namun seringkali kita menghilangkan identitas kekristenan kita tersebut di dalam kehidupan kita.Kasih terkadang hanya menjadi pemanis kata-kata saja. Kasih ini terkadang memudar dalam kehidupan kita dan kita masih sangat susah untuk mengimplementasikan Kasih ini dalam kehidupan keseharian kita. Kasih memang teramat mudah untuk diucapkan tapi teramat sulit untuk dilakukan. Namun, apakah kita sudah benar-benar memahami Kasih yang dimaksudkan dalam Iman Kristen? Pengorbanan Tuhan Kita Yesus Kristus di atas kayu salib itulah Kasih yang paling besar dan yang paling agung yang telah dianugerahkan dalam hidup dan kehidupan kita, sehingga kita semua orang yang percaya kepada-Nya bisa memperoleh kehidupan yang kekal.
Saya coba mengutip ayat dari I Korintus 13 : 13 yang mengatakan “Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu Iman, Pengharapan, dan Kasih, dan yang paling besar diantaranya ialah Kasih”. Tiga hal di atas merupakan theological virtue atau kebajikan ilahi, dimana Kasih adalah yang terbesar dan mengarahkan kita kepada iman dan pengharapan. Saya tidak akan menjelaskannya satu persatu, tapi kita lebih fokus ke Kasih sesuai tema renungan kita. Kasih kita kepada sesama kita bersumber dari Kasih kita kepada Tuhan. Secara filosofis, Kasih mempunyai dua bagian, yaitu menginginkan akan kebaikan itu sendiri (Kasih Eros) dan berharap akan kebaikan itu untuk seseorang (Kasih Agape). Jadi ada dua hal di sini, keinginan akan sesuatu yang baik dan keinginan akan menyenangkan seseorang. Kasih Agape inilah yang membuat orang berfokus kepada Tuhan, sebagai seseorang yang dikasihi melebihi apapun. Kemudian pertanyaan dapat timbul, mengapa dalam I Korintus 13 : 13 Rasul Paulus mengatakan bahwa Kasih adalah yang paling besar diantara Iman dan Pengharapan? Berikut ini beberapa alasannya:
1. Kasih mengarahkan kita kepada Tuhan, sedangkan Iman dan Pengharapan mengarahkan kepada kesempurnaan diri kita. Iman memberikan kita kesempurnaan akal budi dan Pengharapan menyempurnakan keinginan kita akan kehidupan kekal di surga. Atan dengan kata lain, Kasih adalah tujuan akhir, namun Iman dan Pengharapan merupakan cara.
2. Kasih mengarahkan Iman dan Pengharapan. Iman tanpa Kasih kepada Tuhan akan berakhir dengan iman yang mati (I Kor. 13 : 3), karena kasihlah yang menyebabkan seseorang dengan penuh sukacita untuk mau belajar tentang Firman Tuhan dengan lebih lagi setiap hari. Kasih juga yang membuat kita dengan penuh kesediaan dan sukacita melayani sesama kita.
Yesus mengajarkan kita bahwa tindakan mengasihi justru merupakan sebuah anugerah. Kita bisa mengasihi karena kita dipilih oleh Tuhan untuk dikasihi, dan terlebih dahulu dikasihi oleh Tuhan. Fakta ini membuat kita, sebagai murid, selamanya berutang kepada Allah, dan selamanya harus merespon Kasih itu dengan Kasih kepada sesama kita. Bukan hanya itu, selain anugerah, mengasihi juga merupakan perintah dari Tuhan. Kasih Tuhan tak akan pernah berubah, namun zaman yang akan berubah. Oleh karena itu kita perlu mencari cara-cara baru dan kontekstual untuk mewujudkan Kasih kita kepada Tuhan Yesus Kristus dan terhadap sesama umat ciptaan-Nya. Mari terus tunjukkan Kasih yang merupakan identitas sejati kita dalam hidup dan kehidupan kita. Terpujilah Kristus, Amin.
Disadur dari buku Santapan Harian dan katolisitas.org.
Komentar
Posting Komentar