Berbicara tentang Kekristenan, pasti
selalu terlintas di benak kita terkait lambang yang familiar, yaitu salib. Pada
tanggal 14 September, Gereja Katolik merayakan Pesta Salib Suci. Pesta Salib
Suci yang dalam kalender liturgi Gereja Katolik disebut “In Exaltatione Sanctae Crucis”. Pesta ini, seperti juga banyak
perayaan liturgi yang lain, berawal dari Yerusalem.
Pesta ini bermula sejak
ditemukannya Salib Asli Kristus. Sekitar
tahun 326, kuil Jupiter Capitolinus dirobohkan, dan para pekerja mulai menggali
area tersebut. Mereka menemukan sisa-sisa makam yang dilaporkan sebagai makam
Tuhan Yesus. Mereka membangun sebuah tempat ziarah baru di atas makam, yang
kemudian mengalami perubahan-perubahan selama berabad-abad, tetapi sekarang
berdiri sebagi Gereja Makam Suci di Yerusalem.
Oleh: Nama : Norman Timotius Tempat.Tanggal Lahir : Makale,1 Juni 1999 Jurusan,Angkatan : Manajemen,2017 |
Selain itu Kuil Venus juga dirobohkan. Dengan
demikian, hal tersebut menyingkapkan tempat di mana Kristus disalibkan. Kaisar
Konstantin sendiri menulis kepada St. Macarius, Uskup Yerusalem, menginstruksikan
agar diadakan pencarian Salib Suci di Bukit Kalvari. Seorang Yahudi terpelajar
bernama Yudas tampaknya memiliki pengetahuan mengenai hal ini dan didesak untuk
membantu. Persis di sebelah timur lokasi, ditemukan tiga salib dalam sebuah
waduk batu, yaitu titulus (prasasti
kayu di mana tertulis Iesus
Nazaranus Rex Iudaeorum). (Bersama Gereja Makam Suci, yang merupakan tempat
penemuan Salib Suci, yang menandai lokasi waduk batu). Kemudian, muncul
pertanyaan, “Yang manakah salib Kristus?”
Sebuah tulisan yang dibuat oleh St. Yohanes
Krisostomus, St. Ambrosius, Rufinus dan Socrates (bukan sang filsuf) juga
kurang lengkap dan kadang-kadang saling bertentangan. Kemudian, ketiga salib
dan titulus dipindahkan dari waduk
batu. Seorang perempuan, yang sedang menghadapi ajal karena suatu penyakit yang
mematikan, dibawa ke sana. Ia menyentuh ketiga salib satu per satu. Setelah ia
menyentuh salib ketiga, sekonyong-konyong ia sembuh, dengan demikian salib
ketiga dinyatakan sebagai Salib Suci. Sumber-sumber lain juga menyebutkan
mengenai penemuan alat-alat siksa Sengsara Yesus sesudahnya. Dan yang paling
penting, St. Ambrosius menyampaikan khotbahnya bahwa ketika St. Helena
menemukan salib yang asli, “ia tidak menyembah kayu, melainkan Raja, yaitu Dia
yang tergantung pada kayu salib. Ia berkobar-kobar dalam kerinduan sejati untuk
menyentuh jaminan hidup abadi.”
St. Sirilus dari Yerusalem juga
mengajukan beberapa bukti pendukung. Dalam suratnya kepada Kaisar Konstantius
(putera dan penerus Konstantin), St Sirilus memaklumkan, “Kayu salib yang
menyelamatkan ditemukan di Yerusalem pada masa Konstantin.”
Sejarah mencatat bahwa setelah
penemuan Salib Asli Kristus, sebuah basilika didirikan oleh St.
Helena di atas Makam Kudus Kristus. Basilika itu lalu diberkati dalam
suatu perayaan yang sangat meriah dan khidmat selama dua hari berturut-turut,
pada tanggal 13 dan 14 September tahun 335. Pemberkatan dirayakan oleh para
uskup yang baru selesai mengikuti Konsili Tirus, ditambah dengan sejumlah besar
uskup yang lain.
Tradisi berlanjut dan setiap tahun
dirayakanlah Pesta Salib Suci di Yerusalem. Kekhidmatan perayaan ini menarik
sejumlah besar biarawan dari Mesopotamia, Syria, Mesir dan dari
provinsi-provinsi Romawi lainnya untuk datang ke Yerusalem. Setiap tahunnya,
tidak kurang dari 40 uskup menempuh perjalanan jauh dari keuskupan mereka untuk
menghadiri perayaan ini. Di Yerusalem pesta ini berlangsung selama 8 hari
berturut-turut dan, pada masa itu, pesta ini menjadi suatu perayaan yang hampir
sama pentingnya dengan Paskah dan Epifani. Pesta ini kemudian menyebar ke luar
Yerusalem, mulai dari Konstantinopel (sekarang Istanbul) sampai ke Roma pada
akhir abad ketujuh, dan akhirnya masuk ke dalam kalender liturgi Gereja Katolik
sebagai Pesta Salib Suci.
Sumber
Komentar
Posting Komentar