GOD IS ALWAYS WITH US
(Mat 1:23 & Yoh 3:16)
Beatrix Saludung
Rantepao, 17 Maret 1999
Akuntansi’17
|
Shalom PMKOerz (
Tidak terasa yaa… saat ini kita sudah berada di penghujung tahun 2018. Rasanya baru kemarin kita mengakhiri tahun 2017, namun tepat pada saat ini, momen-momen itu akan kembali berulang di tahun ini untuk melangkah menuju tahun 2019. Di mana kita berkumpul bersama keluarga untuk merayakan Natal dan menyabut Tahun Baru.
Memang waktu terasa begitu cepat untuk berlalu. Namun sejatinya, perjalanan kehidupan kita sebagai manusia akan terus seperti itu. Tidak ada satu pun dari kita yang bisa menjadi penghalang bergulirnya waktu. Terlepas dari itu, tentu sudah tidak asing lagi bahwa, dalam perjalanan kehidupan kita ada tiga dimensi waktu yang kita lalui, yaitu masa lalu, masa kini dan masa depan. Orang-orang sering mengatakan bahwa Masa Lalu adalah Kenangan, Masa kini/Sekarang adalah Kenyataan, dan Masa Depan adalah Harapan.
Tentunya kita sebagai orang percaya mengamini bahwa, masa lalu yang telah kita lewati selama kurang lebih satu tahun terakhir ini, semuanya karena berkat pemeliharaan Tuhan dalam kehidupan kita pribadi lepas pribadi. Namun, kita juga tidak dapat memungkiri bahwa, di tahun yang akan berganti ini, ada begitu banyak kenangan yang terukir, baik itu suka maupun duka dalam bentuk pergumulan hidup.
Namun, yang menjadi permasalahan bagi saya dan teman-teman adalah bagaimana cara kita dalam menghadapi pergumulan itu? Seberapa percayakah kita bahwa Tuhan selalu bersama-sama dengan kita? Melalui pergumulan tersebut, apakah kita bisa menyadari bahwa semua perkara dalam kehidupan kita boleh terjadi atas perizinan Tuhan? Tentunya, pergumulan itu bertujuan untuk membuat kita semakin mendekatkan diri kepada-Nya. Sehingga cara kita menghadapi pergumulan itu ialah tidak lain dengan meminta pertolongan Tuhan untuk memampukan kita menghadapi pergumulan tersebut. Ataukah sebaliknya, kita malah bersungut-sungut dan mencaci maki Tuhan. Mungkin ada di antara kita yang pernah bertanya bahwa mengapa Tuhan membiarkan saya harus mengalami hal seperti ini? Apakah Tuhan masih peduli kepada saya atau malah meninggalkan saya? Pemahaman seperti itulah yang sangat keliru teman-teman. Tuhan tidak pernah meninggalkan kita dalam setiap perjalanan kehidupan kita. Seringkali kita mempersoalkan ada tidaknya kehadiran Tuhan karena kita terlalu menuntut adanya bukti nyata yang dapat ditangkap oleh panca indra kita, menuntut segala sesuatu agar sesuai dengan apa yang kita pikirkan dan yang kita inginkan.
Mengapa seringkali kita tidak bisa merasakan kehadiran Tuhan dalam kehidupan kita?
Karena kita tidak pernah mau belajar untuk bersyukur dalam segala hal.
Kita baru mengakui adanya Tuhan dalam kehidupan kita saat Ia menjawab segala doa permohonan kita.
Dan yang terakhir adalah kita tidak pernah membangun persekutuan yang intim dengan Tuhan.
Dalam Yohanes 3:16 firman Tuhan berkata bahwa “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”. Hal yang harus kita sadari ialah karya penebusan Allah bagi kita melalui proses yang begitu panjang. Semuanya diawali dari lahirnya seorang bayi dalam penuh kesederhanaan dan diberi nama Imanuel yang artinya Allah Menyertai Kita (Matius 1:23) yang baru-baru ini kita rayakan pada tanggal 25 Desember sebagai Hari Raya Natal. Sampai kepada titik puncak di mana darah yang tak bercacat harus tertumpah karena dosa-dosa kita. Lantas, bagaimana respon kita sebagai wujud rasa syukur untuk membalas kebaikan Tuhan yang sungguh luar biasa itu? Apakah itu semua belum cukup membuktikan bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kehidupan kita? Bahkan nafas kehidupan yang masih diberikan Tuhan jika sudah waktunya terhenti, kita sebagai manusia tidak memiliki kendali untuk menambahnya, walaupun itu hanya sedetik saja. Sehingga, masih pantaskah kita untuk bersikeras hidup memberontak kepada Tuhan?
Teman –teman sekalian, Tuhan menginginkan kita untuk senantiasa hidup bersama dengan Dia. Ia tidak ingin menjadi Tuhan yang jauh, Dia selalu ingin berada di tengah-tengah kita, bersama kita, dan berada di dalam kita. Sehubungan dengan perayaan masa-masa kehadiran Tuhan ke dalam dunia ini sebagai Imanuel, mari kita refleksikan bahwa apakah Tuhan sudah benar-benar hadir dalam kehidupan kita secara pribadi? Mari mengundang Dia ke dalam hati kita dan hadirkanlah Ia senantiasa dalam setiap perkataan, pikiran, dan perbuatan kita. Teruslah percaya bahwa Tuhan selalu menyertai kita walaupun ada begitu banyak tantangan dan perjuangan, namun selalu ada kebahagiaan dan tetesan air mata di balik semua itu, bahkan tetap ada harapan. Karena Ia akan selalu menyertai kita hingga Ia datang untuk yang kedua kalinya.
Akhir kata saya mengucapkan, selamat merayakan Hari Natal dan selamat menyongsong Tahun Baru 2019. Kiranya Tuhan Yesus senantiasa memampukan kita untuk hidup menurut jalan yang Ia kehendaki. Amin
Komentar
Posting Komentar