Perempuan yang Kuat
Tuhan Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia”.
Kejadian 2:18
Conny Santosa 25 Juli 1999 Akuntansi 2017 |
Seorang teman pernah berkata, “Kamu jadi perempuan jangan terlalu cerdas, lelaki akan kurang percaya diri saat berhadapan denganmu.” Saat tahu bahwa saya dulunya adalah juara 1 umum bertahan yang juga terbiasa menjuarai berbagai lomba akuntansi dan Olimpiade Sains Nasional.
Seorang teman lain pernah berkata, “Kamu jadi perempuan jangan terlalu kuat, lelaki akan merasa terintimidasi jika kamu lebih kompeten.” Saat tahu bahwa saya adalah ketua kelas selama 3 tahun berturut-turut saat duduk di bangku SMA dan sekarang menjabat jabatan penting di organisasi yang saya ikuti.
Seorang kerabat pernah berkata, “Kamu jadi perempuan jangan terlalu ambisius, belajar terlalu serius demi karir yang bagus tiada artinya kalau ujung-ujungnya hanya berakhir di dapur.” Saat tahu bahwa saya menolak 6 beasiswa dari perguruan tinggi swasta demi mengejar perguruan tinggi negeri dan bercita-cita menjadi wanita karir yang sukses.
Seorang sahabat pernah berkata, “Kamu jangan terlalu sibuk, nikmatilah masa mudamu dengan bersenang-senang selagi bisa.” Saat tahu bahwa keseharian saya hanya dipenuhi oleh tugas kuliah dan agenda organisasi.
Seorang anggota keluarga pernah berkata, “Kamu jadi perempuan jangan terlalu serius, kencanlah dengan beberapa lelaki yang mengejarmu karena inilah saat yang tepat bagi seorang perempuan untuk merekah layaknya bunga.” Saat tahu bahwa alasan utama saya masih sendiri karena belum menemukan pria yang bisa diajak berkomitmen menjalin hubungan yang dalam dan serius untuk mengenal satu sama lain dengan tujuan akhir pernikahan.
Mendengar berbagai opini orang lain mengenai pandangan mereka tentang saya sebagai perempuan, tentu saja menjadi suatu hal yang sering saya pikirkan. Sempat terbesit dalam pikir, apakah saya terlalu melampaui standar dari menjadi seorang perempuan pada umumnya?
Ibu saya pernah berkata kepada saya, bahwa sejatinya perempuan diciptakan oleh Tuhan sebagai pasangan yang mengasihi dan menolong lelaki. Sebagai pasangan, perempuan harus bersama-sama menanggung tanggung jawab laki-laki dan bekerja sama dengannya dalam memenuhi maksud Allah bagi kehidupan dan keluarga yang mereka bangun. Jadi sudah pasti, menjadi perempuan yang memiliki nilai dan kualitas adalah maksud dari firman Tuhan yang merujuk pada “penolong yang sepadan dengan dia”.
Ternyata, standar yang lumrah mengenai perempuan tidak seharusnya menjadi batas bagi perempuan itu sendiri dalam meningkatkan kualitas diri. Tidak ada yang salah dari perempuan cerdas dan berpengetahuan luas, karena dari seorang ibu yang cerdas lah anak-anak yang cerdas lahir. Tidak ada yang salah dari perempuan ambisius dan mandiri, karena dari ketangguhan perempuan banyak kesuksesan yang tercapai. Tidak ada yang salah dari perempuan berkomitmen, karena dari komitmen lah banyak keputusan penting dan rencana Tuhan dapat terbentuk dalam diri manusia. Tidak ada yang salah dari perempuan yang kuat, karena kuat adalah tentang hati, pikiran, dan iman.
Saya mulai menyadari bahwa mungkin inilah jalan yang Tuhan kehendaki dalam membentuk kepribadian dan kehidupan saya. Agar saya menjadi perempuan yang beriman, berpengetahuan, bertata krama, berbudi pekerti, bertanggung jawab, berpendidikan, bertujuan hidup, dan berpendirian teguh yang kelak dapat menjadi penolong dan pengasih bagi keluarga, pasangan hidup, dan anak-anak di kemudian hari— menjadi perempuan kuat dan hebat, penolong yang sepadan dan takut akan Tuhan.
Selamat Hari Kartini, teruntuk para perempuan kuat dan hebat. Tuhan Yesus memberkati.
♥️
BalasHapus