Memaafkan dan Melupakan
MATIUS 6 : 14
KARENA JIKALAU KAMU MENGAMPUNI KESALAHAN ORANG, BAPAMU YANG DI SORGA AKAN MENGAMPUNI KAMU JUGA.
Memaafkan
dan melupakan bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Namun, banyak kerugian
yang kita alami jika kita tidak mau mengampuni dan melupakan kegagalan orang
lain, yaitu :
1 .
Hidup dalam
Kepahitan
Kita akan selalu membenci orang yang berbuat salah pada
kita, karena rasa benci dan dendam akan tetap melekat didalam hati kita seumur
hidup.
2 .
Cepat
Tersinggung
Kita akan menjadi orang yang sensitif; setiap kali orang
melakukan kesalahan atau ada situasi yang memicu, kita akan mudah marah dan
menghakimi.
3 . Hidup
dalam Prasangka
Kita senantiasa curiga, berpikiran negatif terhadap orang
lain dan situasi.
4 .
Kehilangan
Sukacita
Pikiran dan perasaan kita semakin dipenuhi oleh kenangan
buruk/pahit dan dukacita yang akhirnya dapat menutup rasa terhadap kegembiraan
hidup.
5 .
Kehilangan
Kepercayaan
Kita menjadi lebih skeptis dan apatis; tidak mau percaya
atau peduli terhadap sesama atau situasi, hanya memaknai segala sesuatu dari
sudut pandang kita sendiri yang negatif.
Algeransa Pricilia Makassar,11 Februari 2000 Akuntansi 2018 |
Meski
banyak orang memahami dampak buruk dari tidak mau mengampuni dan melupakan,
faktanya banyak pula orang yang tetap bertahan tidak mengampuni dan melupakan.
Mengapa demikian?
1.
Kita
Tidak Dapat Menerima Kegagalan Orang Lain
Tuntutan yang semakin tinggi membuat kita selalu berpacu
untuk menjadi yang terbaik dan tidak dapat menoleransi segala kegagalan yang
ada. Kita terobsesi untuk menjadi sempurna, maka ketika orang lain gagal kita
akan langsung menyalahkan dan menghakimi kegagalan orang lain, yang akhirnya
berujung pada frustasi dan kepahitan yang menghancurkan diri kita sendiri.
2.
Kita
Dipenuhi Oleh Pikiran Negatif dan Selalu Mengingat Kesalahan Orang Lain
Manusia cenderung mudah mengingat kesalahan orang lain
daripada kebaikannya. Sekali saja orang berbuat salah kita akan cenderung
berpikiran negatif bahwa dia telah menyakiti kita dan pasti akan berbuat salah
menyakiti kita lagi. Akibatnya, apapun yang dilakukan oleh orang tersebut akan
tetap salah dimata kita.
3 .
Kita
Masih Mempertahankan Ego
Rasul Petrus pernah bertanya kepada Yesus harus berapa
kali mengampuni orang lain. Bagi Petrus, mengampuni sampai 7 kali sudah cukup,
tetapi Yesus menyatakan jauh lebih dari itu, 7 dikalikan 77 kali. Betapa
banyaknya kesalahan berulang yang dilakukan orang lain yang Yesus mau kita
tetap mengampuni.
Sebenarnya bukan kuantitas yang dimaksud Yesus, tetapi
kita diajarkan Kualitas Kasih, yaitu “Kesabaran yang tidak menuntut
syarat batas”. Yesus ingin mengajarkan bahwa dengan kesabaran hati kita
tidak akan dipenuhi dengan dendam dan kebencian. Sebaliknya, dengan
mempertahankan ego kita cenderung sulit untuk mengampuni karena masih menyimpan
gengsi yang tinggi didalam hati. Ego atau gengsi akan membuat kita memandang
orang lain lebih rendah dan tidak layak untuk mengusik atau menyakiti kita sama
sekali.
Lalu, bagaimana
cara mengembangkan karakter mengampuni dan melupakan?
1 .
Menyadari
Bahwa Setiap Orang Pernah Berbuat Salah, Termasuk Diri Kita Sendiri
Kita memang dituntut untuk melakukan segala hal dengan
baik. Dalam proses tersebut kita harus belajar dan proses pembelajaran termasuk
melakukan kesalahan dan latihan yang lebih baik lagi. karena itu, setiap orang
perlu “Ruang Gagal” untuk dirinya sendiri dan untuk orang lain.
2 .
Berlatih
Mengendalikan Amarah dan Menerapkan Pikiran Positif dalam Setiap Aspek Kehidupan
Amarah dapat dikendalikan bila kita mau untuk bersabar
dalam melakukan kegiatan. Menenangkan diri kita secara emosional akan membuat
kita dapat berpikir jernih. Dalam setiap peristiwa dalam hidup kita, ada hikmah
yang dapat dipetik dan disanalah kita belajar untuk berpikiran positif dengan belajar untuk melihat permasalahan dari sisi yang lain. Semuanya dimulai dari
percaya diri kita sendiri dahulu sehingga kita mampu melihat kebaikan pada diri
orang lain juga.
3 .
Belajar
Berbagi Kebahagiaan dengan Orang Lain
Rasanya sulit berbagi kebahagiaan dengan orang lain jika
kita sendiri belum mendapatkan kebahagiaan; kita memang tidak mungkin berbagi
sesuatu yang kita sendiri tidak miliki. Maka, mulailah dengan hal-hal sederhana
yang sudah kita miliki.
Contohnya, berbagi tertawa dengan orang lain, maka beban yang
kita rasakan akan sedikit terangkat dan kita terdorong untuk lebih mudah mengesampingkan
ingatan tentang kesalahan orang lain. Hasilnya kita tidak memupuk sakit hati
dan kebencian dalam hati.
Dengan berbagi, kita belajar menurunkan ego dan
meningkatkan, bahkan melipatgandakan kebahagiaan 😊
Responding Tips:
“Hidup akan jauh lebih indah dan berarti jika kita mau
belajar mengampuni dan memaafkan orang lain”
Komentar
Posting Komentar