Langsung ke konten utama

Artikel Bulan September

         KETIKA INTELEKTUAL LEBIH BESAR DARI IMAN KEPADA TUHAN

“Untuk pemimpin biduan. Dari Daud. Orang bebal berkata dalam hatinya: "Tidak ada Allah." Busuk dan jijik perbuatan mereka, tidak ada yang berbuat baik” (Mazmur 14:1).

Nama : Felyatry Mangera Putri
Tempat,Tanggal lahir : Makale, 10 Februari 1999
Jurusan/Angkatan : Akuntansi/2017
Pada saat ini paham yang tidak mengenal adanya Tuhan  sepertinya semakin berkembang setelah manusia mampu mengembangkan ilmu pengetahuannya secara maksimal sehingga mampu berdikari (berdiri di atas kaki sendiri) dalam segala sesuatu. Orang yang tidak meyakini kekuatan yang luar biasa di atas dirinya mengatakan bahwa Tuhan tidak masuk akal. Saat segala sesuatu berjalan dengan baik tanpa gangguan yang berarti, manusia cenderung merasa aman. Perasaan yang aman saja membuat manusia tidak mau tahu untuk bersandar kepada kekuatan yang lain sebab semua kebutuhannya telah tercukupi. Saat ia bisa hidup tenang dengan bersandar kepada kemampuan sendiri, keadaan ini justru bisa saja membuatnya tidak butuh sesama manusia apalagi Tuhan. Semua kemungkinan dimana kita merasa sudah sempurna pada dasarnya menjauhkan kita dari kekuatan yang lain.
Kita bisa memikirkan tentang alam semesta beserta seisinya, dengan penemuan-penemuan yang merubah jalan peradaban menuju dunia modern, pemikiran-pemikiran dan penemuan-penemuan para cendekiawan, para ahli filsafat, ilmuwan, dan para intelektual yang mencoba membuat sesuatu menjadi baru. Sesuatu yang akan menjadi baru itu berasal dari mana? Apakah sesuatu itu bisa menciptakan dirinya sendiri? Semua yang ada di dunia ini memang aneh, dan keanehan itu hanya milik Tuhan. Semua yang ada bisa dimanfaatkan oleh akal manusia agar menjadi sesuatu yang lebih baru. Bahkan, sesuatu materi terburuk yang ada di dunia pun pasti memiliki fungsi. Tidak ada yang tidak berfungsi di dunia ini. Tentang akal manusia yang "sempurna" ini, bagaimana bisa ada? Bagaimana insting, perasaan, imajinasi dan logika itu bisa ada? Tentunya kita akan kembali pada titik tolak di mana Tuhan yang menjadi awal dari semua awal yang ada. Jika ada manusia yang menciptakan suatu pembaharuan, baik itu melalui pemikiran maupun penciptaan sesuatu karya, baik karya seni, sastra dan lain sebagainya, hal itu sangat tidak bisa disamakan dengan penciptaan dari Tuhan. Pada esensinya, manusia hanyalah ahli pengembang dari segala sesuatu yang telah ada. Sesuatu yang telah ada itu pasti tidak bisa muncul atau berdiri atas inisiatifnya sendiri. Sesuatu yang ada itu pasti telah diciptakan oleh sesuatu zat yang tak terbatas, tak terkira, yang terlampau jauh untuk bisa diakalkan manusia. 
Saat seseorang memiliki ilmu yang tinggi sedang pengetahuan tersebut mampu membuatnya tetap merasa hidup, beresiko membuat manusia tidak percaya Tuhan. Pengetahuannya itulah yang menjadi tuhannya. Saat manusia telah memiliki wawasan yang sangat tinggi tentang dunia ini bahkan ketika ia sendiri mampu unggul jauh di atas orang lain. Tepat saat itu jugalah ia bersandar pada ilmu yang dimilikinya dalam menghadapi segala sesuatu sedang kepercayaan kepada Allah sudah jauh dari dalam hatinya.Mereka yang ilmu pengetahuannya tinggi lebih besar resikonya meninggalkan Allah dibandingkan dengan orang yang ilmunya biasa-biasa saja.
 Ayat-ayat Alkitab seringkali memperingatkan kita tentang ajaran manusia. Manusia yang tidak mengakui Allah sebagai Allah. Paulus menulis dalam Kolose 2:7-8 bahwa kita harus waspada terhadap “filsafat” dan “kepalsuan” dan memperingatkan agar kita hati-hati terhadap “ajaran turun temurun” dan “roh-roh dunia.” Mengapa? Sebab kebenaran dan nilai-nilai moral yang sebenarnya adalah bersifat rohani dan tidak bisa di dapat melalui pemikiran manusia dan metode yang duniawi. Nilai-nilai keduniawian (kebinatangan) hanya datang dari pikiran dan usaha manusiawi yang mementingkan diri, tetapi nilai-nilai kerohanian meninggikan seseorang di atas sifat-sifat dasar kebinatangan manusia. Dasar dari semua dosa adalah penentuan nasib pribadi. Dengan menolak keberadaan Sang Pencipta, para ateis dapat hidup semaunya sendiri tanpa menghiraukan penghakiman dan konsekuensi kekal.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membangun dan Menguatkan

Membangun dan Menguatkan “Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.” (Ibrani 10:24-25) Dalam menjalani kehidupan ini, tak dapat dipungkiri bahwa masalah bisa saja datang silih berganti. Masalah-masalah yang datang terkadang mampu kita hadapi seorang diri tetapi ada kalanya masalah itu terlalu berat dan kita membutuhkan topangan dari orang lain. Tuhan Yesus sendiri memang menciptakan manusia sebagai makhluk sosial dan bukan makhluk individualis. Dalam Kejadian 2:18 berkata “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” Firman ini memiliki arti bahwa manusia memang diciptakan memiliki keterkaitan  dengan sesamanya. Kita sebagai manusia meman...

Renungan Bulan Desember

Firman Tuhan Adalah Benih Yang Menghidupkan ( Mzm. 1:1-3 ; Luk. 8:11-15) Mazm. 1:1-3    Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil. Firman Tuhan adalah makanan rohani orang percaya untuk bertumbuh akan pengenalan kepada Yesus dan kebenaran-Nya. Namun dewasa ini, banyak orang Kristen yang enggan membaca Alkitab dengan berbagai alasan. Padahal, jika kita membaca dalam Mzm. 1:1-3, seharusnya kita senantiasa membaca bahkan merenungkan Firman Tuhan agar kita menjadi orang yang diberkati di dalam Dia. Menjadi orang yang diberkati bukan menjadi tujuan hidup orang yang hidup di dalam Tuhan, melainkan suatu anug...

Review Pendalaman Alkitab

DOA Waktu Pelaksanaan      : Selasa, 12 Oktober 2021 Pemateri                       : Ev. Pieter G. O. Sunkudon Jumlah Peserta             : 47 orang Ayat Alkitab                : Matius 6:5-15      Doa merupakan kebiasaan atau gaya hidup setiap orang percaya sehingga seringkali dikatakan doa sebagai nafas hidup orang percaya. Seringkali kita berdoa tetapi tidak juga didengar atau dibalaskan oleh Tuhan. Hal ini dikarenakan beberapa kesalahan yang kita perbuat ketika berdoa. Dalam Matius 6:5-8, Tuhan Yesus mengajarkan bagaimana seharusnya sikap seseorang dalam berdoa. Dalam firman Tuhan tersebut, dikatakan bahwa seringkali banyak orang yang berdoa seperti orang munafik yang berdoa di tempat umum untuk dilihat atau dikenal...