Merekonstruksi Makna Natal
Nama : Regina M. Sweetly Tempat, Tanggal Lahir : Ujung Pandang, 14 Mei 1999 Jurusan/Angkatan : Akuntansi/2017 |
Pengantar
Hari Raya Natal adalah hari yang dinanti-nantikan oleh umat Kristiani. Ketika memasuki bulan Desember, Umat Kristiani biasanya menyambut perayaan natal dengan menyiapkan banyak hal seperti seperti pohon natal, lingkaran natal di pintu rumah, memajang kata-kata ucapan selamat natal dan tahun baru di depan pintu, memasang lampu warna-warni, menulis kartu ucapan natal, membuat kue natal, bahkan menyiapkan kado atau parcel Natal untuk dihadiahkan pada orang-orang tertentu. Tidak hanya di rumah, ornamen-ornamen natal mulai dipasang di pusat-pusat perbelanjaan, rumah makan, café, hotel-hotel, dan juga gereja.
Gambar oleh wtop, Channel 777, Sonora.id, Youtube.com, ambius.com, & Magazine Photoshoot. Diedit oleh penulis.
Lagu Natal
Musik serta lagu natal berkumandang di banyak tempat, membuat suasana natal begitu kental di sepanjang bulan Desember hingga awal tahun baru. Lagu natal klasik hingga pop baik dari dalam hingga luar negeri diputar di mana-mana. Lagu pop seperti lagu-lagu yang masuk ke dalam daftar Christmas Hits Spotify yaitu All I want for Christmas Is You yang dinyanyikan oleh Justin Bieber dan Mariah Carey, lagu Have Yourself a Little Merry Christmas yang dinyanyikan oleh Christina Aguilera, Santa tell me yang dinyanyikan oleh Ariana Grande hingga One More Sleep yang dinyanyikan oleh Leona Lewis. Lagu-lagu tersebut sama sekali tidak bercerita mengenai Yesus Anak Allah yang hadir dalam dunia. Lantas menjadi pertanyaan besar di dalam benak saya mengapa orang mendengarkan lagu-lagu tersebut di hari Natal? Apakah mereka merayakan Natal karena mereka sungguh bersukacita atas kelahiran Yesus? ataukah mereka merayakan kesedihan mereka karena tidak ditemani oleh sang kekasih di hari Natal?
Tentu ini bukan berarti bahwa saya tidak bisa mengapresiasi suatu karya (musik). Mungkin lagu-lagu tersebut mengena pada sebagian orang yang menginginkan untuk bertemu dengan pasangan hidupnya pada hari Natal. Esensi natal yang sebenarnya menjadi tergerus, dengan kata lain memudar. Natal tidak lagi melulu berarti merayakan Yesus yang hadir ke dunia, tetapi merayakan kesedihan karena semakin hari manusia semakin merasakan kesepian, bahkan di hari Natal. Lantas dimana sukacita natal itu? Apa yang sebenarnya dinanti-nantikan oleh manusia?
St. Nikolas, Sinter Klaas hingga Santa Claus
Natal juga tidak lepas dari kehadiran seorang tokoh yang sangat digemari oleh anak-anak, yaitu Santa Claus atau Sinter Klaas. Santa Claus yang kita kenal pada umumnya digambarkan sebagai seorang pria tua yang berbadan gemuk. Warna rambut dan janggutnya putih. Ia memakai baju tebal berwarna merah, berbulu putih dan memakai sepatu but. Ia bepergian dengan kereta yang ditarik oleh 6 sampai 8 ekor kijang kutub untuk membagi-bagikan hadiah kepada anak-anak baik di seluruh dunia pada malam natal. Sosok Santa Claus juga muncul dalam karakter film kartun dan juga kerap disebut di dalam lagu-lagu natal. Siapa sebenarnya Santa Claus atau Sinter Klaas ini? Mengapa ia begitu dermawan kepada anak-anak kecil? Apa hubungan Santa Claus dengan Yesus yang lahir? Apakah ia nyata?
Gambar oleh Timordaily, Vectorstock.com, Kickstarter.com & Anglican.ca. Diedit oleh penulis
Santa Claus atau Sinter Klaas yang kita kenal pada saat ini sebenarnya adalah sekularisasi dari Santo Nicholas (Nikolas) dari Myra. Santo Nikolas lahir pada tanggal 15 Maret 270 M di sebuah Kota bernama Patara (Lyia dan Pamfilia), dan tinggal di Myra, Lycia (saat ini adalah wilayah Demre, Turki), yang pada saat itu adalah sebuah provinsi dari kekaisaran Romawi. Ia adalah seorang imam yang pada akhirnya terpilih menjadi uskup Kota Myra. Ia dikenal sebagai orang yang dermawan. Konon, ia menyelamatkan tiga orang gadis yang hendak dijual ke tempat pelacuran karena ayahnya terlilit hutang dan tidak mampu membiayai pernikahan ketiga putrinya. Mendengar hal itu, Santo Nikolas melemparkan tiga kantong emas di malam yang berbeda ke dalam kamar ayah ketiga gadis itu. Dengan emas itu, bapak tersebut dapat membayar hutang-hutangnya dan ketiga gadis selamat dari dosa perzinahan.
“Kisah lainnya tidak begitu terkenal sekarang tetapi sangat terkenal di Abad Pertengahan," kata Gerry Bowler. Santo Nikolas memasuki sebuah penginapan yang penjaga rumahnya baru saja membunuh tiga bocah lelaki dan mengambil mayat mereka yang sudah dipotong-potong dalam tong-tong bawah tanah. Uskup tidak hanya merasakan kejahatan itu, tetapi juga membangkitkan para korban. "Itu salah satu hal yang membuatnya menjadi santo pelindung anak-anak.”
Santo Nikolas juga menolak ajaran Arianisme dan Paganisme yang mengancam Kota Myra dengan mengambil langkah-langkah keras, yaitu meruntuhkan kuil-kuil Artemis. Santo Nikolas juga menyelamatkan tiga pemuda yang hendak dihukum mati. Ia hadir di dalam mimpi Kaisar Konstatinus dan Ablavius sehingga Kaisar Konstantinus menulis surat untuk membebaskan tiga pemuda itu dengan catatan agar Santo Nikolas berhenti mengancamnya lagi tetapi berdoa untuk perdamaian dunia. Santo Nikolas wafat pada tanggal 6 Desember 343 M.
Tentu saja, Santo Nikolas sangat berbeda dengan tokoh Santa Claus atau Sinter Klaas yang kita kenal hari ini. Santo Nikolas merupakan orang kudus dari Myra sedangkan Santa Claus adalah hasil dari sekularisasi Santo Nikolas. Tampilan Santo Nikolas yang religius juga sangat berbeda dengan Santa Claus yang dunia ketahui. Kisah Santo Claus juga berkembang di negara-negara dunia dan menjadi sangat beragam. Sedangkan di Indonesia, Sinter Klaas yang kita kenal adalah versi Belanda dan itu cukup masuk akal karena Indonesia adalah bekas jajahan Belanda. Sebab itu, itu memicu terjadinya akulturasi budaya atau tradisi dari Belanda. Dimana kita juga mengetahui bahwa orang-orang Belanda pada masa itu juga menyebarkan agama Protestan yang tidak percaya pada orang-orang kudus.
Sinter Klaas biasanya datang dengan “orang berkulit hitam dan berbibir merah” yang disebut Zwarte Piet atau Black Pete atau Sinter Pit. Berdasarkan pengalaman masa kecil saya, Sinter Pit membawa sapu lidi dan juga karung. Kedua benda tersebut memberi kesan mengerikan, karena ia menggunakannya untuk menakut-nakuti anak-anak. Sinter Pit bertugas untuk mencari anak-anak yang nakal, ada pula yang sampai mengejar, mencambuk bahkan memasukkan anak ke dalam karung. Sinter Klaas akan membagi-bagikan hadiah kepada anak-anak yang dinilai baik.
Apa yang menjadi kritik yang menarik terhadap tradisi ini adalah bahwa sebagian masyarakat Belanda menolak rasisme yang dituduhkan terhadap Zwarte Piet atau Sinter Pit. Bahkan orang kulit hitam di Indonesia pun masih banyak yang tidak menyadari bahwa mereka adalah korban rasisme, yaitu stigma inferioritas terhadap orang kulit hitam dan stigma superior terhadap orang kulit putih. Sayangnya, stigma merambah lebih cepat daripada kesadaran kita terhadap rasisme. Tanpa menyadarinya, anak-anak di usia belia sudah tersugesti untuk menganggap orang kulit hitam itu jahat dan patut dihindari walaupun mereka tidak dapat mengakuinya secara sadar.
Gambar oleh dw.com, edition.cnn.com, gatra.com. Diedit oleh Penulis
Gereja masa kini juga masih berperan dalam meneruskan tradisi Sinter Klaas dan Sinter Pit. Apakah tradisi ini benar-benar membantu kita untuk semakin menghayati kelahiran Yesus di dunia yang membawa damai dan sukacita? Setelah menganalisa beberapa hal dari beberapa sumber bacaan, saya pun dalam sebuah kesempatan menanyakan tentang sikap gereja yang sampai pada hari ini masih mengadakan acara bersama dengan Sinter Klaas dan Sinter Pit kepada Romo Pranawa Dhatu Martasudjita. Beliau mengapresiasi pertanyaan saya dan ulasan singkat saya mengenai kurangnya pengetahuan umat mengenai kisah Santo Nikolas dan juga tradisi Sinter Klaas dan Sinter Piet yang masih dilakukan oleh gereja-gereja termasuk di dalamnya Gereja Katolik.
Makna Natal yang Sejati
Romo Pranawa Dhatu Martasudjita atau akrab dipanggil Romo Marto mengedukasi umat bahwa kehadiran Santa Claus atau Sinter Klaas bisa jadi berkaitan dalam urusan bisnis, namun sebagai umat kristiani, cara yang terbaik yang dianjurkan untuk menghayati Tuhan Yesus yang lahir ke dunia, yaitu dengan melihat kandang atau gua natal. Romo Marto menyampaikan kembali pesan Paus Fransiskus dalam surat apostoliknya yang berjudul Admirabile Signum (Tanda Mengagumkan) tentang makna dan pentingnya kandang atau gua natal. Menurut Romo Marto, dengan melihat kandang Natal, dapat membawa kita ke dalam permenungan yang lebih dalam tentang Bayi Yesus yang lahir dalam kemiskinan (kesederhanaan). Paus mengingat asal usul kandang natal yang terkait dalam Injil.
“Ketika datang ke dunia ini, Anak Allah dibaringkan di tempat binatang makan. Jerami menjadi tempat tidur pertama Dia yang hendak menyatakan diri-Nya sebagai ‘roti yang turun dari surga’. Kandang Natal membangkitkan sejumlah misteri kehidupan Yesus dan membawanya dekat dengan kehidupan sehari-hari kita”, tulis Paus. Paus juga mendorong tradisi keluarga untuk mempersiapkan kandang atau gua natal di rumah bahkan di tempat kerja, sekolah, rumah sakit, penjara dan alun-alun kota.
Gambar oleh penakatolik.com, catatanseoranggofs, iKatolik, indonesianpapist. Diedit oleh penulis.
Semoga di setiap perayaan Natal pada tahun-tahun yang akan datang, kita tidak melupakan esensi dari perayaan tersebut, yaitu kelahiran Tuhan Yesus Sang Juru Selamat. Semoga kita semakin menghayati iman kita, dan kandang atau gua natal menjadi sarana yang baik bagi kita untuk merenungkan Tuhan Yesus yang rela menjelma menjadi manusia. Semoga kita tidak luput dalam ingar bingar dan kemewahan perayaan natal namun mencintai kesederhanaan karena Yesus sendiri rela lahir di tempat yang kotor dan hina untuk menyelamatkan seluruh umat manusia.
Komentar
Posting Komentar