RASA DAN IMAN (FEELING X FAITH)
Nama : Alvini Livya Wijaya Tempat, Tanggal Lahir : Makassar, 01 Februari 2002 Jurusan/Angkatan : Akuntansi/2019 |
Berbicara mengenai iman, yang terpenting adalah bukanlah seberapa besar iman kita (mat 17:20) melainkan apakah iman kita iman yang benar atau bukan? Berdasarkan firman Tuhan, meskipun iman kita sekecil biji sesawi pun, dapat memindahkan gunung. Waw J jadi, yang menjadi masalah kita sebagai anak Tuhan bukanlah ukuran iman tapi Iman yang kita miliki benar atau tidak.
Membahas soal rasa/ bahas kerennya yaitu feeling, Perasaan adalah suatu keinginan diri kita namun Iman adalah sesuatu yang Tuhan inginkan. Terkadang apa yang kita rasakan itu benar-benar nyata namun terkadang yang kita takutkan itu tidak nyata.Tapi jangan khawatir teman-teman! Kita dapat mengalahkan segala perasaan-perasaan tersebut dengan IMAN kita. Kita dapat putuskan apakah mengikuti keinginan kita atau keinginan Tuhan.
Saya mengutip kalimat yang luar biasa dari Ps. Raditya Oloan. “WE CANNOT ACHIEVE FAITH BY STRUGGLING BUT FROM SURRENDERING AND RESTING TO GOD.” Memang benar kalau kita terus mengandalkan diri kita sendiri, kekuatan kita sendiri, kita akan terus gagal dan bahkan terus jatuh, tidak mendapatkan kemenangan atas setiap pergumulan-pergumulan kita.
Mengenai iman yang benar, setiap kita pasti bingung bagaimanakah iman yang benar itu ? Seperti apakah iman yang dikatakan benar atau bahasa kerennya AUTHENTIC FAITH.
Ciri-ciri authentic faith adalah :
1. Iman yang berserah ke TUHAN
Kalau membahas soal berserah ke Tuhan, saya teringat betapa sulitnya bagi kita anak muda jaman sekarang untuk menyerahkan seluruh hak kita untuk Tuhan gunakan bagi pekerjaan-Nya. Kita juga seringkali lebih bergantung pada hikmat manusia bukan dari kekuatan Allah (1 Kor 2:5) sehingga membuat iman kita masih perlu dipertimbangkan. Sebenarnya Iman itu bukanlah suatu pencapaian manusia melainkan pemberian Tuhan sehingga seluruh pengabdian kita belum tentu menentukan bagaimana iman kita.
Contoh yang dapat diambil mengenai Iman yang berserah ke Tuhan yaitu Daud & Goliath. Saat Daud ingin menyerang Goliath, dia tidak bergantung pada batu yang dia gunakan melainkan dalam ketidakberdayaannya, Daud mengagungkan & mengandalkan Tuhan.
2. Iman yang mengenal Tuhan melalui firman-Nya
Iman yang benar yaitu iman yang bertumbuh dari pendengaran akan firman Tuhan (Rom 10:17). Kalau kita memiliki authentic faith, dan mengalami pertumbuhan iman. Keinginan dan kemauan kita, bukan lagi milik kita melainkan Tuhanlah yang mengerjakannya di dalam kita. Untuk mengetahui keinginan dan kemauan Tuhan dalam kita, Kita harus mengenal hati Bapa dan seluruh isi hati Bapa, kita dapatkan hanya dari Firman Tuhan.
3. Iman yang melihat besarnya Tuhan bukan besarnya masalah.
Semakin berat masalah kita seharusnya semakin kita bergantung pada Tuhan. Sebesar apapun feeling yg kita punyai, seberapa kita rasa bahwa kita membutuhkan pertolongan, yang sebenarnya kita butuhkan adalah TUHAN. Yang kita butuhkan adalah melihat kebesaran-Nya.
KITA TIDAK BOLEH MENJADIKAN PERASAAN KITA TUHAN KITA. Yang menguasai kita, dan mengendalikan kita sehingga kita harus tetap menempatkan Tuhan diatas perasaan kita.
memang benar kita butuh usaha tapi terlepas dari semua itu, KITA BUTUH IMAN untung menang atas masalah dan pergumulan kita.
Jadi, apapun yang kita rasakan, kita harus hidup dengan iman bukan dengan perasaan. Bukan berarti kita tidak mengakui perasaan kita tetapi kita mengakui perasaan namun juga tetap memikul salib dan yang dimaksud menyangkal diri adalah saat kita marah kita bilang marah tapi semua itu tidak akan take control atas hidup kita.
AUTHENTIC FAITH adalah bahkan jika keadaan terasa sangat sulit, kita tetap berpegang pada Tuhan.
Saat membuat artikel ini, saya mengingat 1 pujian dari Hillsong – Even When It Hurts.
Semoga dapat memberkati saudara-saudari sekalian.
Tetap semangat teman-teman.
Jesus bless you all!
Komentar
Posting Komentar