Seperti Apakah Kehidupan Kekristenan yang Sesungguhnya?
Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. (Yohanes 15:16)
Sebab itu, saudara-saudaraku, kamu julah telah mati bagi hukum Taurat oleh tubuh Kristus, supaya kamu menjadi milik orang lain, yaitu milik Dia, yang telah dibangkitkan dari antara orang mati, agar kita berbuah bagi Allah. (Roma 7:4)
Nama : Chianta Anugerah TTL : Rantepao, 09 Februari 1995 Jurusan : Akuntansi /2012 |
Seorang teman setiap kali ditanya tentang agamanya atau ketika ada barang yang mengharuskan mengisi agama, tanpa ragu menjawabnya dengan Kristen. Pernah sekali disuatu hari Minggu yang biasa, saya berpapasan secara tidak sengaja dengannya dalam perjalananku menuju ke gereja. Dia tampak berantakan, sepertinya baru bangun tidur sehabis “berpesta” malam sebelumnya. Karena tidak suka rempong, saya ke gereja hanya membawa alkitab. Kebetulan hari itu saya tidak membawa tas jadi saya menentengnya dan tentu terlihat jelas yang saya tenteng itu adalah alkitab. Si teman ini, entah karena berbasa-basi ria atau memang niat bertanya, dia berkata “mau kemana?” saya merasa sedikit lucudengan pertanyaanya, apalagi melihat penampilanku yang kupikir sudah sangat jelas kalau aku akan ke geraja jadi agak aneh jika masih ada yang bertanya demikian. Aku tidak menjawab karena menganggapnya hanya basa-basi. Refleks saja ku tanya balik dia dengan pertanyaan yang sama. Dia menjawabnya mau pulang ke rumah, semalam habis minum bersama teman-temannya karena ada yang berulang tahun. Karena saat itu hari Minggu, aku bertanya sekaligus niat mengingatkannya “tidak ke geraja kah I atau gereja sore?” jawaban selanjutnya membuatku terkejut, katanya “untuk apa ke gereja?” sambil berlalu pergi dia melanjutkan kalimatnya “asal hidup kita tidak merugikan orang lain saja sudah cukup” katanya. Bukan pertanyaan untuk apa ke gereja yang membuatku kepikiran tetapi kalimatnya setelah itu.
Saya yakin temanku ini bukan satu-satunya orang Kristen dengan prinsip hidup “asal hidup kita tidak merugikan orang lain saja sudah cukup”, bahkan mungkin diantara kita yang pernah berpikiran yang sama. Yohanes 15:16 jelas menuliskan bahwa Tuhan telah menetapkan kita untuk pergi dan menghasilkan buah dan buah itu harus tetap. Tak perlu menunggu musim “sukacita” untuk berbuah, karena kita bukan buah yang musiman. Apakah cukup menjadi orang Kristen dengan prinsip hidup seperti Si Teman tadi? Mari menjawabnya masing-masing secara pribadi
Lebih lanjut dalam Roma 7:4, Kristus telah menebus dosa kita, kita harus menyadari bahwa segala keberadaan kita adalah sepenuhnya milik Dia dan Dia mau agar kita berbuah bagi Allah. Kehidupan Kekristenan yang sesungguhnya tidak cukup dengan percaya saja, kita harus berbuah, buah yang tetap bagi Allah. Tuhan ingin setiap anakNya menghasilkan buah dalam keadaan apapun tanpa dipengaruhi variabel lain selain Dia. Kita harus berupaya maksimal untuk menyenangkan hati Tuhan, menjadikan Yesus sebagai titik fokus dan prioritas utama dalam kehidupan kita.
Sudahkah kita memiliki kehidupan Kekristenan yang sesungguhnya?
Komentar
Posting Komentar