MENGENAL LEBIH DALAM MENGENAI TANDA SALIB
Nama : Kristina Pina
Tempat Tanggal Lahir : Ratteao’,19 September 2001
Jurusan/Angkatan : Akuntansi/2019
|
Pengantar
Tanda Salib adalah ritual gerakan simbolis yang menandai empat poin dari Salib di Kalvari atas tubuh seseorang. Ini juga merupakan tanda kita mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, pikiran dan kekuatan kita. Tanda salib yang paling sering dibuat dalam nama Tritunggal Kudus , untuk menunjukkan penghormatan untuk orang kudus, objek kudus, dan biasanya dilakukan di awal atau di akhir doa, untuk menunjukkan kerendahan hati atau perjanjian, atau pada banyak kesempatan lainnya, yang mungkin sedikit berbeda dengan yang dilakukan Gereja Katolik Ortodox pada umumnya.
Tapi tunggu dulu….. kenapa ada gerakan Tanda Salib yang tidak sama dengan yang kita lakukan? Apakah Tanda Salib yang tidak sama itu mempunyai makna yang sama? Lalu apa arti Tanda Salib? Menurut pelajaran agama pada saat masih sekami, garis lurus dari atas ke bawah melambangkan hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhan – garis horizontal menyamping melambangkan hubungan antar sesama manusia. Keduanya harus seimbang, tidak miring-miring, sebagaimana harusnya relasi kita dengan Tuhan dan sesama. Hanya itu sajakah?
Dalam tulisan ini kita akan mencoba masuk lebih dalam lagi memahami Tanda Salib.
Benarkah Tanda Salib hanya dilakukan oleh orang Katolik saja? Apakah Tanda Salib ini mempunyai akar Alkitabiah? Apakah jemaat perdana juga menandai diri dengan Tanda Salib ? Bagaimana pandangan para bapa Gereja mengenai Tanda Salib? Apa makna sesungguhnya yang terkandung dalam Tanda ini? Bagaimana seharusnya Tanda Salib ini dilakukan?dan kapan saja kita melakukan tanda salib?
Semoga tulisan ini memperkaya pemahaman kita akan tradisi maupun teologi Katolik yang benar.
Dasar Biblis dan Sejarah
Pemakaian Tanda Salib merupakan suatu praktek ritual doa Kristiani yang sangat tua. Tindakan ritual membuat Tanda (Salib) di dahi memiliki akar dalam Kitab Suci.
Perjanjian Lama :
Yehezkiel 9:4 “Berjalanlah dari tengah-tengah kota, yaitu Yerusalem dan tulislah huruf T pada dahi orang-orang yang berkeluh kesah karena segala perbuatan-perbuatan keji yang dilakukan di sana.”
Tawv dari akar kata ‘tavah’ : sebuah tanda, sebuah keterlibatan, materai, goresan.
Dalam Kitab Yehezkiel dinyatakan bahwa suatu simbol berbentuk T memiliki fungsi sebagai perlindungan Ilahi. Tuhan Allah, melalui Yehezkiel, memperlihatkan kepada sisa-sisa bangsa Israel (jangan lupa bahwa GEREJA adalah “ISRAEL” baru!!) penghakiman yang akan ditimpakan kepada Yerusalem karena penyembahan berhala yang telah dilakukannya. Dalam penglihatan ini, orang-orang Yahudi yang ditandai dengan abjad terakhir Ibrani TAW pada dahi mereka akan diselamatkan saat hari pembalasan tiba. Menarik sekali bahwa abjad Ibrani ini berbentuk T (salib). Jadi sejak perjanjian lama, Tanda Salib di dahi ini telah melambangkan ikatan perjanjian dengan Allah dan lambang perlindungan Ilahi!
Perjanjian Baru
Kitab Wahyu dan Galatia
Ternyata tema yang sama berlanjut dalam Perjanjian Baru. Dengan menarik gambaran Yehezkiel, Kitab Wahyu juga melukiskan hamba-hamba Allah yang setia dalam perjanjian baru ditandai dengan suatu materai di dahi mereka. Dengan tanda ini, mereka dikhususkan menjadi umat Allah dan dilindungi dari penghakiman Ilahi yang akan ditimpakan di atas bumi.
WHY 7:3 katanya: “Janganlah merusakkan bumi atau laut atau pohon-pohon sebelum kami memeteraikan hamba-hamba Allah kami pada dahi mereka!”
WHY 9:4 Dan kepada mereka dipesankan, supaya mereka jangan merusakkan rumput-rumput di bumi atau tumbuh-tumbuhan ataupun pohon-pohon, melainkan hanya manusia yang tidak memakai meterai Allah di dahinya.
WHY 14:1 Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri di bukit Sion dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang dan di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya.
Gal 6:17 Selanjutnya janganlah ada orang yang menyusahkan aku, karena pada tubuhku ada tanda-tanda milik Yesus.
Beberapa ahli juga menafsirkan perkataan rasul Paulus bahwa dia menanggung “tanda-tanda Kristus di tubuhnya” adalah mengacu pada Tanda Salib.
Tanda salib pada jaman bapa Gereja
Maka bagi umat Kristiani, tradisi membuat tanda salib ini sudah berakar sejak lama, bahkan dari Alkitab Perjanjian Lama, dan juga Perjanjian Baru, yaitu dari kitab Wahyu Why 7:3; 9:4; 14:1. Berakar dari ajaran Kitab Suci inilah, maka Para Bapa Gereja mengajar demikian:
1) Tertullian (abad 2) mengajarkan dalam De cor Mil, iii: “Dalam perjalanan kita dan pergerakan kita, pada saat kita masuk atau keluar, ….. pada saat berbaring ataupun duduk, apapun pekerjaan yang kita lakukan kita menandai dahi kita dengan tanda salib.”
2) St. Cyril dari Yerusalem (315-386) dalam Catecheses (xiii, 36) mengajarkan, “Maka, mari kita tidak merasa malu untuk menyatakan Yesus yang tersalib. Biarlah tanda salib menjadi meterai kita, yang dibuat dengan jari-jari kita, di atas dahi … atas makanan dan minuman kita, pada saat kita masuk ataupun keluar, sebelum tidur, ketika kita berbaring dan ketika bangun tidur ketika kita bepergian ataupun ketika kita beristirahat.”
3) St. Ephrem dari Syria (373) mengajarkan, “Tandailah seluruh kegiatanmu dengan tanda salib yang memberi kehidupan. Jangan keluar dari pintu rumahmu sampai kamu menandai dirimu dengan tanda salib. Jangan mengabaikan tanda ini, baik pada saat sebelum makan, minum, tidur, di rumah maupun di perjalanan. Tidak ada kebiasaan yang lebih baik daripada ini. Biarlah ini menjadi tembok yang melindungi segala perbuatanmu, dan ajarkanlah ini kepada anak-anakmu sehingga mereka dapat belajar menerapkan kebiasaan ini.”
4) St. Yohanes Damaskus (676-749) mengajarkan, “Tanda salib diberikan sebagai tanda di dahi kita, …. sebab dengan tanda ini kita umat yang percaya dibedakan dari mereka yang tidak percaya.”
Memang dalam hal cara membuat tanda salib itu terjadi perkembangan, karena pada awalnya tanda salib hanya dibuat di dahi saja, namun kemudian diajarkan juga untuk membuat tanda salib di mulut (St Jerome, Epitaph Paulae) dan di hati (Prudentius, Cathem., vi, 129). Tanda salib seperti yang kita kenal sekarang, yang secara jelas diajarkan oleh Paus Innocentius III (1198–1216)
Cara Membuat Tanda Salib
Memang terdapat beberapa cara untuk membuat tanda salib. Yang terpenting di sini adalah makna yang ingin disampaikannya, dan penghayatan orang yang membuat tanda salib ini. Maka cara yang mendetail sebenarnya tidak terlalu menjadi masalah, seperti apakah membuatnya dengan dua jari (jari penunjuk dan jari tengah, yang melambangkan dua kodrat Yesus, yaitu Allah dan manusia) atau tiga jari (yang melambangkan Trinitas), atau kelima jari (melambangkan kelima luka-luka Yesus di kayu salib). Atau arah salibnya ke kanan dulu baru kiri (seperti yang dilakukan Gereja-gereja Timur dan Orthodox) atau ke kiri dahulu baru ke kanan (seperti yang dilakukan oleh Gereja Katolik Roma).
Umumnya caranya adalah demikian:
Dengan dua atau tiga (atau lima jari) jari tangan kanan di dahi (sambil mngucapkan: “Atas nama Bapa”), tangan kemudian ke dada -melambangkan hati atau ke perut -menunjuk kepada luka Yesus di perut-Nya ataupun rahim di mana Yesus dikandung oleh Bunda Maria (sambil mengucapkan “dan Putera”, kemudian tangan menuju ke bahu kiri dan kanan (sambil mengucapkan “dan Roh Kudus” Amin). Dan tangan kembali terkatup.
Gerakan,Ucapan dan Makna
Gerakan ritual Tanda Salib pada umumnya disertai dengan ucapan Trinitarian : di dahi (in nomine Patris / in the name of the Father / dalam nama Bapa), di perut / dada (et Filii, and of the Son / dan Putera), di bahu sebelah kiri (et Spiritus / and of the Holy / dan Roh ) dan menyilang di dada kanan (Sancti / Spirit / Kudus ). Kemudian kedua tangan terkatup sambil berseru : Amen/Amin. Perhatikan kata “et, and , dan” selalu digunakan di awal untuk menunjukkan kesetaraan dan kesatuan ketiga PRIBADI tersebut.
Beberapa Bapa Gereja berpendapat bahwa Dahi menyimbolkan Surga dimana kita senantiasa berdoa kepada Bapa mohon kebijaksanaan, Perut menyimbolkan Bumi yang mengisyaratkan Yesus yang berkenan berinkarnasi menjadi manusia, dan Bahu sebagai lambang tempat kekuatan berada, lambang Roh Kudus yang penuh daya.
Di antara pendapat para tokoh Gereja mengenai arti gerakan dan ucapan Tanda Salib, pendapat Fransiskus de la sales kiranya cukup menarik untuk disimak :
1. “ Pertama-tama kita mengangkat tangan dan menandai dahi dengan ucapan “Dalam Nama Bapa” yang berarti bahwa Bapa adalah pribadi pertama dalam Tritunggal Maha kudus.
2. Kemudian kita berkata, “dan Putera” sambil mengarahkan tangan ke dada yang merupakan ekspresi bahwa Sang Putera berasal dari Bapa, yang mengirimkan Dia turun ke bumi melalui rahim seorang perawan.
3. Selanjutnya tangan bergerak dari bahu sebelah kiri ke sebelah kanan sambil terucap kata, “dan Roh Kudus” yang menunjukkan bahwa Roh Kudus sebagai pribadi ketiga dari Trinitas adalah berasal dari Bapa dan Putera. Dan Dia adalah cinta yang menyatukan keduaNya dan melalui rahmatNya kita mengambil bagian dalam buah-buah salib Kristus. Karenanya, Tanda Salib merupakan sebuah deklarasi singkat akan misteri iman kita. Karena penderitaan Kristus kita beroleh pengampunan dosa, dengan mana kita terlepas dari sisi kiri kutukan menuju ke sisi kanan berkat Allah”
Selain Tanda Salib besar, kita jumpai pula Tanda Salib kecil yang diterapkan dengan menggunakan ibu jari pada dahi, bibir dan dada. Ritual ini dilakukan saat mendengarkan Sabda Allah (Injil). Pada saat yang sama imam atau diakon yang mewartakan Sabda Tuhan menandai Kitab Suci. Adapun gerakan,ucapan dan maknanya yakni:
· Pertama, kita akan membuat tanda salib di area dahi sambil mengucapkan dalam hati ”sabdaMu kurenungkan” yang bermakna dalam pikiranku, saya percaya dan kita juga meminta bantuan dari Roh Kudus supaya kita selalu percaya dengan sabda yang Tuhan berikan di dalam pikiran kita.
· Kedua, kita membuat tanda salib di mulut atau bibir sambil mengucapkan dalam hati ”sabdaMu kuwartakan” yang bermakna melalui mulut, aku mewartakan dan kita setuju untuk mewartakan sabda yang Tuhan berikan dan kita percaya dalam pikiran pada semua orang di sekeliling kita.
· Terakhir atau ketiga, kita membuat tanda salib di area dada sambil mengucapkan ”dan sabdaMu kuresapkan dalam hati” yang bermakna dalam hatiku dan sabda Tuhan akan tersimpan. Kita juga percaya pada sabda yang Tuhan berikan serta setuju untuk mewartakan pada semua orang supaya mendapatkan keselamatan dan kita juga harus menyimpan sabda dari Tuhan tersebut di dalam hati sehingga kita pun juga mendapatkan berkat yang Tuhan berikan.
Ada perbedaan antara Gereja Katolik Barat dan Timur, yaitu mengenai variasi gerakan Tanda Salib berkaitan dengan penyebutan Roh Kudus: antara bahu kanan ke kiri (ritus timur / Orthodox) atau bahu kiri ke kanan (ritus Latin / Roma). Bagaimana perbedaan ini dilihat? beberapa ahli menafsirkan bahwa perbedaan tersebut muncul karena perbedaan bahasa yang digunakan oleh kedua ritus tersebut. Dalam bahasa Latin (dipakai gereja Katolik Roma) penyebutan “Roh (yang) Kudus” adalah kata benda (dahulu, di kiri), menyusul kata sifat, Spiritus Sancti – sedangkan dalam bahasa Yunani (Ritus timur) justru sebaliknya, kata sifat (dahulu menyusul) kata bendanya (di kanan). Jawaban teologis yang sangat indah atas hal ini bisa kita dapatkan dari Paus Innocentius III (1198–1216) yang memberikan instruksi sebagai berikut :
“Tanda Salib dibuat dengan tiga jari karena tanda itu menandakan perlindungan Trinitas…. Beginilah Tanda Salib itu mesti dilakukan : dari atas ke bawah, dan dari kiri ke kanan – karena Kristus telah turun dari Surga ke Bumi, dari dari kaum Yahudi (kiri) kepada seluruh bangsa di dunia (kanan). Selain itu, Tanda Salib dibuat dari kiri ke kanan karena dari penderitaan (kiri) kita mesti menyeberang menuju kemuliaan (kanan), sama seperti Kristus yang harus melintasi kematian menuju kehidupan dan dari dunia orang mati (Hades) menuju Surgawi (Paradise)”.
Arti Tanda Salib
Menurut sejarah, diketahui bahwa Tanda Salib memang merupakan tradisi jemaat awal, yang dimulai sekitar abad ke-2 berdasarkan kesaksian para Bapa Gereja, terutama Tertullian, yang dilanjutkan oleh St. Cyril dari Yerusalem, St. Ephrem dan St Yohanes Damaskus. Jadi walaupun kita tidak membaca ajaran mengenai tanda salib ini dilakukan oleh para rasul di dalam Alkitab, namun bukan berarti bahwa tanda salib ini tidak berdasarkan Alkitab.
Tanda salib ini mengandung arti yang sangat mendalam yaitu:
1) Kemanunggalan dari Allah Trinitas,
2) Salib menunjukkan keadilan Allah, yang menunjukkan betapa kejamnya akibat dosa kita, sehingga Allah sendiri yang menebusnya dengan wafat-Nya di salib itu (lih. Gal 3:13);
3) Salib menunjukkan kasih Allah yang terbesar, yaitu bahwa Ia menyerahkan nyawa-Nya bagi kita (Yoh 15:13) agar kita dapat diselamatkan dan memperoleh hidup yang kekal (Yoh 3:16);
4) Salib yang merupakan tanda keselamatan dan kemenangan orang-orang Kristen, yang disebabkan oleh kemenangan Kristus atas dosa dan maut. Jadi tanda salib ini merupakan lambang yang berdasarkan Alkitab (lih. Yeh 9:4, Kel 17:9-14, Why 7:3, 9:4 dan 14:1), dan bukanlah sesuatu yang bertentangan dengan ajaran Yesus. Bahkan Rasul Paulus sendiri bermegah dengan pewartaan salib Kristus (Gal 6:14), sehingga wajarlah jika kita sebagai pengikut Kristus membawa makna tanda salib ini kemanapun kita berada.
5) Tanda salib : Atas nama Allah
6) Tanda salib sebagai ringkasan iman
7) Tanda salib sebagai tindakan sakramental
8) Tanda salib sebagai tanda kemuridan
9) Tanda salib berarti mengambil bagian dalam penderitaan Kristus
10) Tanda salib melawan yang jahat
11) Tanda salib yang berarti aktualisasi perintah kasih
Sebab, biar bagaimanapun, makna yang terkandung dalam pembuatan tanda salib ini terpusat pada Kristus, untuk mengingatkan para beriman akan keselamatan yang dapat diperoleh oleh jasa Kristus yang tersalib dan bangkit. Maka tanda salib ini bagi umat Kristen adalah tanda yang harus kita bawa kemanapun sebagai tanda yang mengingatkan kita kepada salib Kristus yang menyelamatkan kita. Tradisi ini serupa dengan tradisi bangsa Yahudi yang memakai “tefilin” yaitu semacam kotak hitam yang berisi naskah Alkitab, yang mereka ikatkan di dahi mereka, sebagai pelaksanaan dari perintah dalam kitab Ul 6:4-8: “Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu…” Tanda di dahi ini juga disebutkan di dalam kitab Yeh 9:4.
Kapan kita membuat tanda salib?
1) Pada saat sebelum dan sesudah kita berdoa.
2) Ketika kita melewati setiap bangunan gereja Katolik, untuk menghormati kehadiran Tuhan Yesus di dalam tabernakel.
3) Ketika memasuki gereja (membuat tanda salib dengan air suci)
4) Saat-saat sedang menghadapi ketakutan ( misalnya: ketika kita mendengar sirine ambulans, mobil kebakaran) ataupun ketika menerima kabar duka cita orang yang meninggal.
5) Ketika kita melihat Salib Kristus, ataupun di saat- saat lain untuk menghormati Kristus, memohon pertolongan-Nya,
6) Ketika hendak mengusir godaan, ketakutan maupun mengusir pengaruh kuasa jahat.
7) Ketika ayah, sebagai imam dalam keluarga memberkati anak-anaknya, ia dapat menandai anak-anaknya dengan tanda salib di dahi mereka, misalnya sebelum anak-anak berangkat ke sekolah atau sebelum mereka tidur pada waktu malam hari.
Semoga kita dapat menghayati makna tanda salib ini, dan menjadikan tanda salib sebagai bagian dari hidup kita sendiri. Setiap kita membuat tanda salib kita mengingat dan menghormati Kristus yang oleh kasih-Nya rela menyerahkan hidup-Nya di kayu salib untuk menebus dosa-dosa kita. Semoga kita dapat berkata bersama dengan Rasul Paulus, “Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia.” (Gal 6:14)
Sumber:
· www.katolisitas.org/
· parokisalibsuci.org/2017/06/16/tanda-salib-signum-crucis/
Komentar
Posting Komentar