Langsung ke konten utama

Artikel Bulan Oktober

 

Eksposisi Kolose 3:23

Nama : Kwan Wirawan Kwandou

Tempat, tanggal lahir : Bone, 08 November 2001
Jurusan/angkatan : Ilmu Ekonomi/2019

Kitab Kolose adalah kitab dalam perjanjian baru yang ditulis oleh rasul Paulus, yang merupakan bagian dari surat Paulus yang kepada jemaat di kota Kolose. Rasul Paulus menyampaikan hal-hal bersifat teologis yang penting dan patut untuk diketahui, dipahami dan diimplementasikan oleh setiap anggota jemaat di Kolose baik secara pribadi, persekutuan dan bahkan setiap anggota-anggota keluarga dalam suatu rumah tangga kristiani. Penulis secara khusus menitikberatkan kitab ini pada pasal ketiga ayatnya yang ke-23 yang berbunyi.

Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. (Kolose 3:23)

Dalam artikel ini kita akan belajar bersama-sama tentang bagaimana maksud dan makna dari ayat tersebut.

1. Kolose 3:23, memiliki makna pelayanan yang holistic

Dewasa ini, ada banyak sekali orang Kristen yang memiliki pandangan yang keliru jika berbicara tentang pelayanan. Mereka berpandangan bahwa pelayanan hanya dibatasi dalam lingkup gereja saja, ini adalah pandangan yang keliru mengenai pelayanan. Rasul Paulus dalam Kolose 3:23, jelas menekankan bahwa semua pekerjaan kita harus kita anggap sebagai suatu pelayanan kepada Tuhan. Artinya bahwa semua kita lakukan dengan mata yang tertuju pada kemuliaan-Nya dan dengan ketaatan kepada perintah-Nya, karena orang percaya harus menjadi saksi hidup sehari-hari dari kuasa penebusan Allah.

2. Kolose 3:23, mengingatkan kita untuk melayani dengan segenap hati 

Hari ini ada banyak orang Kristen yang tidak bersungguh-sungguh dan berkomitmen dalam melakukan pelayanannya. Rasul Paulus jelas memerintahkan kita untuk melakukan segala sesuatunya dengan segenap hati kita seperti untuk Tuhan, bukan untuk manusia. Apa perbedaan antara melayani seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia ? jika kita melayani dengan seperti untuk Tuhan, maka kita akan menempatkan Tuhan sebagai fokus utama, sehingga siapa pun dan bagaimana pun atasan bukanlah ukuran utama kita dalam kualitas kita melayani sehingga kita akan melayani dengan lebih sungguh-sungguh.

2 poin tadi membawa kita pada suatu kesimpulan bahwa kita harus menjadi garam bagi dunia (Matius 5:13). Mengapa kita dianalogikan untuk menjadi sebuah garam ? Orang-orang pada zaman Yahudi menggunakan garam untuk 2 keperluan yakni memberi rasa dan mengawetkan makanan. Maka jika diasumsikan dengan keadaan dunia saat ini, maka dunia saat ini mengalami kebusukan dan ketawaran. Kejahatan dan ketidakpedulian semakin merajalela. Maka dari itu di tengah situasi seperti ini, sudah menjadi tugas dan panggilan kita untuk menjadi garam bagi dunia untuk mempertahankan apa yang baik dan mencegah kebusukan tersebut, melalui segala perbuatan kita yang dilakukan dengan segenap hati seperti untuk Tuhan.

“1 Korintus 15:58 Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.”

Soli Deo Gloria


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membangun dan Menguatkan

Membangun dan Menguatkan “Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.” (Ibrani 10:24-25) Dalam menjalani kehidupan ini, tak dapat dipungkiri bahwa masalah bisa saja datang silih berganti. Masalah-masalah yang datang terkadang mampu kita hadapi seorang diri tetapi ada kalanya masalah itu terlalu berat dan kita membutuhkan topangan dari orang lain. Tuhan Yesus sendiri memang menciptakan manusia sebagai makhluk sosial dan bukan makhluk individualis. Dalam Kejadian 2:18 berkata “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” Firman ini memiliki arti bahwa manusia memang diciptakan memiliki keterkaitan  dengan sesamanya. Kita sebagai manusia meman...

Renungan Bulan Desember

Firman Tuhan Adalah Benih Yang Menghidupkan ( Mzm. 1:1-3 ; Luk. 8:11-15) Mazm. 1:1-3    Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil. Firman Tuhan adalah makanan rohani orang percaya untuk bertumbuh akan pengenalan kepada Yesus dan kebenaran-Nya. Namun dewasa ini, banyak orang Kristen yang enggan membaca Alkitab dengan berbagai alasan. Padahal, jika kita membaca dalam Mzm. 1:1-3, seharusnya kita senantiasa membaca bahkan merenungkan Firman Tuhan agar kita menjadi orang yang diberkati di dalam Dia. Menjadi orang yang diberkati bukan menjadi tujuan hidup orang yang hidup di dalam Tuhan, melainkan suatu anug...

Review Pendalaman Alkitab

DOA Waktu Pelaksanaan      : Selasa, 12 Oktober 2021 Pemateri                       : Ev. Pieter G. O. Sunkudon Jumlah Peserta             : 47 orang Ayat Alkitab                : Matius 6:5-15      Doa merupakan kebiasaan atau gaya hidup setiap orang percaya sehingga seringkali dikatakan doa sebagai nafas hidup orang percaya. Seringkali kita berdoa tetapi tidak juga didengar atau dibalaskan oleh Tuhan. Hal ini dikarenakan beberapa kesalahan yang kita perbuat ketika berdoa. Dalam Matius 6:5-8, Tuhan Yesus mengajarkan bagaimana seharusnya sikap seseorang dalam berdoa. Dalam firman Tuhan tersebut, dikatakan bahwa seringkali banyak orang yang berdoa seperti orang munafik yang berdoa di tempat umum untuk dilihat atau dikenal...