Langsung ke konten utama

Rubrik Katolik Bulan Oktober

 Menjadi Pribadi yang Tangguh

Pengantar
Nama : Alvin Gormantara
Tempat, tanggal lahir : 18 April 2001
Jurusan/Angkatan : Akuntasni/2019

            Menjadi pribadi yang tangguh bukan berarti tidak pernah mengalami hal-hal yang tidak baik. Bukan pula mereka yang tidak pernah mengalami putus asa dan kebingungan hidup. Tangguh bukan berarti terhindar dari masalah dan kesulitan yang menerpa. Tangguh artinya sanggup dan mampu untuk menjalani hidup ini, entah itu suka ataupun duka. Terkadang dalam hidup ini kita sering mengeluh, mudah pasrah dalam situasi sulit, mudah putus asa, merasa Tuhan tidak adil bahkan mungkin kita meninggalkan Tuhan hanya karena merasa harapan atau doa-doa kita belum dikabulkannya.

            Kita tahu bahwa menjadi orang Katolik atau pengikut Tuhan memang banyak tantangan dan penderitaan. Mengandalkan dan bersandar kepada Tuhan artinya, kita percaya bahwa pusat kekuatan iman kita bukan terletak di dalam diri kita sendiri. Mengandalkan dan bersandar kepada Tuhan artinya bahwa kita benar-benar mengakui bahwa kita ‘bisa’ dan ‘mampu’ semua karena Tuhan. “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar karena mereka, sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau; Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau" (Ulangan 31:6). Namun mengapa masih banyak orang yang hanya bergantung pada kepandaian dan pengalaman yang hebat dalam diri mereka? Semata-mata karena hal duniawi yang mereka tidak dapat lepaskan?

Dalam tulisan ini, kita akan mencoba untuk memahami bagaimana menjadi pribadi yang Tangguh dalam iman.

Meneladani Maria, Wanita Sederhana Tapi Beriman Tangguh

            Bicara tentang iman yang tangguh, hendaknya kita belajar dari Bunda Maria. Sosok Maria ini memang menjadi salah satu tokoh yang dijadikan model seorang yang beriman tangguh yang dibicarakan dalam Sinode IV. Sebagaimana kita tahu, Maria adalah sosok wanita sederhana. Maria dibesarkan di tengah keluarga sederhana, sebuah keluarga yang tulus beriman kepada Tuhan dan sungguh mengasihi sesama.

            Kesederhanaan dan ketulusan iman dalam keluarganya sungguh membentuk Maria menjadi pribadi yang juga sangat sederhana, menjadi wanita suci, mencintai sesama dan hidupnya selalu berpasrah pada kehendak Tuhan. Kepribadian Maria yang demikian, kemudian menjadikan Maria bagian dari rencana keselamatan manusia oleh Allah saat Maria dikunjungi Allah melalui Malaikat Gabriel yang membawa berita gembira bahwa dia akan mengandung dan melahirkan seorang anak.

            Maria kemudian mengungkapkan kesaksian imannya lewat ucapan syukur berikut. “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah Juru Selamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hambaNya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan kuduslah namaNya. RamatNya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia. Ia memperlihatkan kuasaNya dengan perbuatan tanganNya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya. Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari tahtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah. Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa, Ia menolong Israel hambaNya, karena Ia mengingat rahmatNya, seperti yang dijanjikanNya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya” (Lukas 1: 46-56).

            Dalam konteks ini, kita bisa belajar dari Maria, bahwa sesederhana apapun kita, jika hidup kita sepenuhnya berserah pada kehendak Tuhan, maka Tuhan akan melimpahkan rahmatNya, bahkan rahmat yang mungkin tak pernah kita duga atau sebuah rahmat besar yang tak terpikirkan atau terjangkau oleh akal manusia. Hal ini sungguh dialami oleh Maria.

            Untuk kita sebagai putra-putri Maria, perlu kita belajar dan meneladani Bunda kita Maria untuk menjadi seorang yang sederhana, rendah hati, mengasihi Allah dan sesama tanpa syarat serta senantiasa menyerahkan seutuhnya hidup dan kehidupan ini pada kehendak Tuhan. Di samping itu, kita juga perlu belajar bersaksi tentang kebesaran Allah seperti Pujian Maria, serta belajar menjadi orang yang selalu bersyukur.

            Maria juga adalah seorang wanita yang tegar dalam menghadapi berbagai persoalan dan penderitaan hidup. Dalam sejarah hidupnya, ketika hendak melahirkan Yesus, Maria mengalami penolakan di tempat yang seharusnya layak untuk melahirkan seorang anak manusia, namun karena ditolak Maria pun melahirkan Yesus di sebuah kandang sederhana.

            Bahkan Maria menyaksikan sendiri penghinaan, penderitaan maupun pengorbanan putraNya hingga wafat di Kayu Salib. Namun, dalam menghadapi semua cobaan dan penderitaan itu, Maria tidak pernah mengeluh, menyalahkan orang lain atau mencari-cari kesalahan orang, sebaliknya justru selalu berserah diri dan mengucapkan syukur kepada Tuhan.

Beriman Yang Tangguh

            Menurut Santo Paulus, keteguhan atau ketangguhan iman itu merupakan proses bisa makin ”bertambah teguh”. Ketangguhan ini terjadi karena hidup yang berakar dalam Kristus, dibangun di atas pondasi Kristus, dan karena itu melimpah dengan ucapan syukur. Santo Paulus mengalami deraan dari luar karena imannya. Ia justru tangguh dari dalam. ”Harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami” (2 Kor 4:7).

            Sebenarnya tantangan dan serangan dari luar tidak akan menggoyahkan kita asalkan kita tetap berpegang pada iman kepada Allah. ”Kami tidak tawar hati. Tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari hari ke hari. Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang jauh melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami.” (2 Kor 4:16-17). Justru ketangguhan iman sejati berasal dari dalam. Jika dari dalam rapuh, tak usah digoda dari luar pun akan runtuh dengan sendirinya. Yesus Tuhan kita menyindir hal ini dengan perumpamaan membangun rumah di atas batu dan di atas pasir (Mat 7:24-27). Orang yang mendengar Dia dan melaksanakan sabda-Nya itulah yang kuat dari dalam, bagaikan rumah yang didirikan di atas batu.

            Secara lebih pribadi, ketangguhan iman itu diuji dalam kesetiaan suami-isteri yang mengucapkan janji setia di depan altar, kesetiaan para imam yang berjanji setia dalam merasul di dunia modern ini sampai mati, kesetiaan anggota-anggota Gereja dalam melakukan tugas sehari-hari di rumah, di kantor dan dalam masyarakat. Sejauh mana tahan terhadap godaan harta, kekuasaan, kenikmatan badani, kemalasan, hidup tidak teratur? Sejauh mana tetap mengarahkan diri pada Kristus Sang Kebenaran dan Hidup? Kalau perlu menjadi martir, maka memang haruslah demikian. Pada akhir doa Pengakuan Iman dalam buku ”Kompendium Katekismus Gereja Katolik” edisi bahasa Latin, ada kalimat ”In hac fide vivere et mori statuo” yang terjemahan bebasnya ialah, ”Dalam iman yang beginilah saya hidup dan mati”.

Karakter Kristus Sebagai Pribadi yang Tangguh

            Karakter manusia yang sebenarnya akan kelihatan ketika dirinya menghadapi masalah. Ya, hidup ini tak pernah luput dari masalah. Namun, kita harus menyerahkan diri kita kepada Tuhan. Saat mengalami masa sukar, lihat dan ketahui makna kebangkitan Yesus. Memiliki karakter yang kuat, tangguh, tegar, stabil, dan sempurna.

            Proses pembentukan karakter seperti Yesus tidaklah mudah dan diperoleh secara instan. Sebaliknya, proses tersebut amatlah menyakitkan dan mengancam kehidupan kita. Disini, Allah meminta kita untuk selalu setia kepada-Nya. Dengan membawa diri kita ke tempat yang dikehendaki Allah, kita telah mempersembahkan diri kita kepada-Nya. Roma 8:29 “Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung diantara banyak saudara.” Berikut ialah karakter Kristus sebagai Pribadi yang Tangguh: Penuh Perhatian, Hidup Miskin dan Sederhana, Berani, Pertimbangan, Tegas, Berbelas Kasih, Tidak Butuh Ketenaran, Tahan Godaan, Selalu Puas dan Bersyukur, Pemaaf, Rendah Hati, Penyabar,dan Tulus Hati.

Sebagai penutup, marilah kita menyadari penyertaan Tuhan dalam hidup dan belajar untuk bersyukur untuk kekurangan dan kelimpahan yang Tuhan izinkan untuk kita alami. Andalkanlah Tuhan dan bersandarlah kepadaNya dengan percaya dan yakin bahwa Dia mampu dan bisa. Percayalah juga bahwa kekuatan yang sebenarnya bukan berpusat pada apa yang bisa kita lakukan, namun berpusat dan bertumpu kepada apa yang Tuhan bisa lakukan untuk kita. Kita pun bila setia menjalani Salib hidup kita, percayalah di suatu waktu kita pasti bisa bangkit dari segala kesesakan dan penderitaan dan kemuliaanpun akan menjadi milik kita. Kuncinya, kita harus memiliki iman yang teguh dan senantiasa berserah diri pada kehendak Tuhan dan jangan lupa bersyukur. Tuhan Yesus memberkati, amin.

Sumber:

Surya. 2018. Meneladani Maria, Wanita Sederhana Tapi Beriman Tangguh. Diakses pada 6 Oktober 2020, dari https://katedraldenpasar.com/meneladani-maria-wanita-sederhana-tapi-beriman-tangguh/

Harsanto, Dwi Yohanes. 2014. Beriman dengan Cerdas, Tangguh, Misioner. Diakses pada 6 Oktober 2020, dari https://www.katolisitas.org/beriman-dengan-cerdas-tangguh-misioner/

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membangun dan Menguatkan

Membangun dan Menguatkan “Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.” (Ibrani 10:24-25) Dalam menjalani kehidupan ini, tak dapat dipungkiri bahwa masalah bisa saja datang silih berganti. Masalah-masalah yang datang terkadang mampu kita hadapi seorang diri tetapi ada kalanya masalah itu terlalu berat dan kita membutuhkan topangan dari orang lain. Tuhan Yesus sendiri memang menciptakan manusia sebagai makhluk sosial dan bukan makhluk individualis. Dalam Kejadian 2:18 berkata “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” Firman ini memiliki arti bahwa manusia memang diciptakan memiliki keterkaitan  dengan sesamanya. Kita sebagai manusia meman...

Renungan Bulan Desember

Firman Tuhan Adalah Benih Yang Menghidupkan ( Mzm. 1:1-3 ; Luk. 8:11-15) Mazm. 1:1-3    Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil. Firman Tuhan adalah makanan rohani orang percaya untuk bertumbuh akan pengenalan kepada Yesus dan kebenaran-Nya. Namun dewasa ini, banyak orang Kristen yang enggan membaca Alkitab dengan berbagai alasan. Padahal, jika kita membaca dalam Mzm. 1:1-3, seharusnya kita senantiasa membaca bahkan merenungkan Firman Tuhan agar kita menjadi orang yang diberkati di dalam Dia. Menjadi orang yang diberkati bukan menjadi tujuan hidup orang yang hidup di dalam Tuhan, melainkan suatu anug...

Review Pendalaman Alkitab

DOA Waktu Pelaksanaan      : Selasa, 12 Oktober 2021 Pemateri                       : Ev. Pieter G. O. Sunkudon Jumlah Peserta             : 47 orang Ayat Alkitab                : Matius 6:5-15      Doa merupakan kebiasaan atau gaya hidup setiap orang percaya sehingga seringkali dikatakan doa sebagai nafas hidup orang percaya. Seringkali kita berdoa tetapi tidak juga didengar atau dibalaskan oleh Tuhan. Hal ini dikarenakan beberapa kesalahan yang kita perbuat ketika berdoa. Dalam Matius 6:5-8, Tuhan Yesus mengajarkan bagaimana seharusnya sikap seseorang dalam berdoa. Dalam firman Tuhan tersebut, dikatakan bahwa seringkali banyak orang yang berdoa seperti orang munafik yang berdoa di tempat umum untuk dilihat atau dikenal...