Karena Masa Depanmu Sungguh Ada dan Harapanmu Tidak Akan Hilang
“Karena masa depan sungguh ada,
dan harapanmu tidak akan hilang”
Amsal 23:18
Nama : Kwan Wirawan Kwandou Tempat, tanggal lahir : Bone, 08 November 2001 Jurusan/angkatan : Ilmu Ekonomi/2019 |
Pada tanggal 9 September 1980 Henryville, Indiana, Amerika Serikat, lahirlah seorang bayi laki-laki bernama Harland David Sanders. Harland merupakan anak sulung dari tiga bersaudara yang lahir dari pasangan Wilbur David Sanders dan Margaret Ann Sanders. Ayahnya bekerja sebagai pekerja paruh waktu dengan menjadi butuh tani di Henryville, sedangkan Ibunya tidak bekerja karena harus mengurus anak-anak.
Suatu sore di musim
panas tahun 1895, ayah Harland meninggal secara tiba-tiba. Saat itu Harland
hanyalah seorang bocah berumur 6 tahun yang masih begitu kecil untuk menghadapi
kenyataan sepahit ini. Dengan kondisi ini, ibu Harland yang awalnya tidak
bekerja, harus bekerja di sebuah pabrik pengalengan tomat. Harland kemudian
mengambil alih pekerjaan ibunya sebelumnya dengan menjadi pengasuh dan merawat
adik-adiknya yang masih belia di rumahnya. Pengalaman ini kemudian menumbuhkan
bakat dari Harland tentang masak-memasak dan menjadi awal perjalanannya sebagai
seorang koki.
Tahun
1902, Ibu Harland memutuskan untuk menikah lagi dengan seorang pria dan
berpindah ke daerah Greenwood, di Indiana. Akan tetapi Harland cilik memilih
untuk kabur dari rumah barunya sendiri dikarenakan ayah tirinya yang kerap
memukulinya. Sebagai seorang anak yang masih muda dan harus bertahan hidup,
tentunya Harland harus mengais kesana kemari untuk mencari secuil nafkah.
Harland kemudian bekerja sebagai buruh tani dan kusir, tentu saja hal ini
berarti akses Harland terhadap sekolah dan pendidikan juga terputus. Akhirnya
Harland dengann seizin ibunya, kemudian menunu New Albany, tempat pamannya
bekerja di sebuah perusahaan trem. Harland lalu mendapatkan pekerjaan sebagai
seorang kondektor. Pekerjaan yang Harland jalani sangatlah beragam, termasuk
saat dia memalsukan tanggal lahirnya untuk dapat masuk militer dan menjadi
relawan Angkatan Darat di usianya yang 15 tahun.
Pada tahun 1907
hingga 1920, Harland pindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya. Mulai
dari menjadi asisten pandai besi, petugas pemadam kebakaran, agen asuransi, dan
buruh. Tahun 1908, Ketika penghasilan Harland sudah cukup stabil, Harland
memberanikan diri untuk menikahi seorang wanita yang bernama Josephine King.
Pernikahan mereka lalu dikaruniai tiga orang anak, termasuk seorang putra yang
meninggal saat masih kecil. Namun masalah tidak berhenti hanya sampai disitu
saja. Berbagai pemecatan dalam pekerjaan membuat istrinya meninggalkannya dan
membawa anak mereka Kembali ke orang tuanya.
Selama
bertahun-tahun, Harland mencoba banyak sekali pekerjaan, tapi tidak ada yang berhasil
ia dapatkan. Pada usianya yang ke 40 tahun, Harland berupaya mengambil
pendidikan program hukum. Namun, dia tidak pernah menyelesaikannya. Dengan
sedikit modal yang terkumpul selama bertahun-tahun, Sanders putus asa. Dia
merasa jatuh sebagai seorang pria yang tidak bisa membuat perubahan dalam
hidup. Hingga suatu hari, Harland bertemu dengan seorang penjual asongan yang
berkata bahwa di kota ini tidak ada rumah makan yang bagus, sehingga siapa pun
bisa makan di dalamnya dengan nyaman. Harland pun sependapat dengan pernyataan
itu dan dalam benaknya bergejolak keinginan untuk mendirikan sebuah rumah
makan. Tidak satu pun orang yang tahu kalau komentar pedagang asongan tersebut
akan menjadi satu titik dalam kehidupan Harland yang kemudian akan mengubah
nasibnya. Rumah makan tersebut melahirkan sebuah gebrakan dalam
menyajikan menu makanan tercepat.
Harland yang ingin
berubah akhirnya membeli stasiun pengisian bahan bakar yang juga memiliki
fasilitas sebuah bengkel, motel, dan kafe di Corbin, sebuah kota di Kentucky,
sekitar 40 km dari perbatasan Tennessee. Dia benar-benar memikirkan tentang
lokasi bengkelnya. Dia tahu banyak orang yang melakukan perjalanan ke Florida
atau tujuan lainnya melalui jalur itu.
Pada tahun 1930,
usaha Harland semakin berkembang. Rumah makannya kini dipenuhi seratus empat
puluh dua orang. Mengingat cintanya terhadap pengembangan dan pendidikan yang
terus menerus dalam hal apa pun, akhirnya Harland Sanders mengikuti sebuah
pelatihan tentang manajemen rumah makan dan hotel selama delapan minggu di
Universitas Cornell.
Pada tahun 1949,
Harland Sanders menerima pangkat kolonel berkat keberhasilannya di wilayah
Kentucky. Akan tetapi, Harland Sanders lebih suka dipanggil bisnisman.
Ujian kembali dating
menghampiri Harland. Selang beberapa tahun ia sukses dengan usahanya, tata
letak kota Kentucky mengalami perubahan, sehingga rumah makannya tidak lagi
strategis dan menarik pengunjung. Hal inilah yang menjadi sebab kenapa dia
terpaksa menjualnya melalui pelelangan terbuka dengan harga tujuh puluh lima
ribu dolar. Jumlah ini belum cukup untuk membayar hutang – hutangnya. Meskipun
telah memperoleh kesuksesan, namun badai kembali menimpa Harland, ia jatuh
bangkrut.
Dia mendapatkan uang
sejumlah seratus lima dolar dari jaminan sosial milik Harland sendiri dan juga
milik istrinya. Tapi uang itu tidak pernah cukup untuk membiayai dirinya
sendiri. Suatu hari dia duduk di bawah pohon yang rindang, dan memutuskan untuk
bunuh diri. Ia merasa 65 tahun hidupnya ia selalu menjadi orang yang gagal
dalam bidang apapun. Harland menuliskan pesan terakhirnya dalam secarik surat,
namun entah kejadian apa yang terjadi membuat ia mengurungkan niatnya.
Sebaliknya ia menuliskan apa yang ia ingin capai di usianya yang sudah tua. Dia
menyadari abhwa dia masih punya harapan dan kesempatan, ia menyadari bahwa ia
masih memiliki sebuah keahlian yang ia dapat semasa kecil yakni memasak.
Harland kemudian mencoba
menjual resep ayam goreng ke rumah makan di wilayah Outta, AS. Ia mencoba
menawarkan resepnya. Harland turun ke pasar-pasar untuk mempromosikan ide
penjualan ayam gorengnya, meski sudah tua dan terserang penyakit rematik ia tak
pernah menyerah.
Terkadang Harland
tidur di dalam mobil demi mencukupi pembayaran hotelnya. Selama dua tahun
berkeliling, Harland hanya dapat memuaskan lima rumah makan saja. Resep ayam
yang ia tawarkan lebih banyak di tolak dan ditertawakan. Selama dua tahun
berkeliling menawarkan resepnya ada lebih dari 1000 penolakan yang ia terima.
Tanpa kenal menyerah dan yakin akan berhasil, ia terus berusaha.
Akhirnya setelah
lelah berjuang, resep ayam gorengnya banyak di sukai oleh masyarakat Amerika
ketika itu. Perjuangannya yang tak mengenal lelah terbayar dengan lakunya resep
ayam gorengnya. Hingga ketika usia Harland menginjak usia tujuh puluh tahun,
jumlah rumah makan yang menjadi bagian dari franchise resepnya mencapai dua
ratus tempat, di USA dan Kanada.
Setelah mencapai
jumlah ini, Harland berhenti berkeliling karena banyak orang yang datang ke
tempat tinggalnya untuk berkonsultasi. Akhirnya, dia sepenuhnya membantu sang
istri untuk meracik resep makanan yang terdiri dari beberapa jenis tanaman
rempah – rempah dan bumbu – bumbu. Hingga Pada tahun 1995, jumlah rumah makan
tersebut mencapai sembilan ribu. Pegawainya mencapai tujuh ratus lima puluh
ribu orang di sembilan puluh dua negara sedunia pada tahun 2005. Harland sukses
menjadi seorang miliarder di usianya yang sudah sangat tua.
Harland meninggal
pada tahun 1980 dan dimakamkan di Louisville. Hingga sekarang, siapa yang tidak
mengenal wajahnya dan restorannya ? Restoran milik Harland tersebar diseluruh
dunia, bahkan di Indonesia nyaris di setiap pusat perbelanjaan kita akan
menemukan restoran milik Harland, Restoran itu adalah KFC.
Dari kisah hidup
Harland, kita belajar sebuah hal yang menjadi judul artikel ini. Mungkin dalam
hidup ini kita selalu merasa gagal, tidak pernah merasakan kesuksesan, bahkan
berkeinginan untuk menyerah. Akan tetapi saudara-saudara yang saya kasihi di
dalam Kristus, kita perlu percaya bahwa masa depan kita sungguh ada dan harapan
kita tidak akan hilang.
Kita sendiri melihat
bahwa Harland telah melalui lika-liku perjalanan kehidupan yang sangat sulit.
Ayahnya meninggal di usianya yang masih sangat muda, yakni 6 tahun. Setelah itu
ia harus bekerja serabutan demi bertahan hidup, Ketika ia sudah mulai sukses,
ia jatuh bangkrut dan nyaris bunuh diri, namun ia berhasil menjadi seorang
miliarder hidup tenang di usia tuanya.
Saya sebagai seorang
manusia biasa, saya sangat percaya bahwa terkadang kita menjalani kehidupan
kita dengan sangat berat. Namun kita harus percaya bahwa badai pasti akan
berlalu, di sela-sela usaha kita, kita harus senantiasa berdoa dan bekerja (Ora
Et Labora) untuk menggapai masa depan kita, dan satu yang perlu kita pegang
adalah Tuhan tidak akan pernah meninggalkan kita di segala kondisi dan keadaan
kita.
“Kuatkan dan teguhkanlah hatimu,
janganlah takut dan janganlah gemetar.. sebab Tuhan Allahmu, Dialah yang
berjalan menyertai engkau; Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan
meninggalkan engkau.”
Komentar
Posting Komentar