Mengerti Apa yang Terjadi di Seputar Natal
Nama : Aran Anugrah Marannu Tempat, tanggal lahir : Malili, 28 April 2000 Jurusan/angkatan : Akuntansi/2018 |
Seputar Natal
1. Kedatangan
Yesus menjadi Anno Domini
Secara tidak sadar, sebenarnya dunia mengakui kedatangan
Kristus sebagai satu hal yang begitu istimewa, karena perhitungan kalendar
internasional menggunakan acuan kedatangan Kristus, yaitu yang dinamakan Anno
Domini (AD), artinya tahun Tuhan, untuk menandai tahun-tahun sesudah
kelahiran Kristus; dan BC, yaitu singkatan dari Before Christ untuk
tahun- tahun sebelum kelahiran Kristus. Dengan demikian, kedatangan Kristus
membagi sejarah manusia menjadi dua, dan titik pusatnya adalah Kristus sendiri.
Ini adalah kenyataan yang terjadi berabad-abad dan patokan AD dan BC akan terus
berlaku sampai akhir zaman.
Namun, kalau kita mengadakan perhitungan, sebenarnya
kedatangan Kristus bukanlah permulaan tahun AD, namun sekitar 7BC – 5BC.
Dionysius Exiguus (470-544) adalah seorang anggota Scythian monks,
yang akhirnya tinggal di Roma sekitar tahun 500. Dionysius adalah orang yang
pertama kali memperkenalkan AD (Anno Domini / the year of the Lord) pada
waktu dia membuat kalendar Paskah (Easter). Sistem penanggalan ini
menggantikan sistem penanggalan Diocletian, karena Dionysius tidak ingin
menggunakan perhitungan Diocletian, seorang Kaisar yang menganiaya jemaat
Kristen di abad ke-3. Dionysius mengatakan bahwa Anno Domini dimulai
754 tahun dari pondasi Roma (A.U.C) atau tahun 1 AD, yaitu tahun dimana Yesus
lahir (dalam perhitungan Dionysius). Namun berdasarkan perhitungan para ahli,
terutama berdasarkan bukti sejarah dari Josephus, maka perhitungan ini tidaklah
benar.
Kitab Matius mengatakan “Sesudah Yesus dilahirkan di
Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah
orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem” (Mt 2:1). Josephus, seorang ahli
sejarah mengatakan bahwa Raja Herodes meninggal setelah berkuasa selama 34
tahun (de facto) dari meninggalnya Antigonus dan 37 tahun (de jure)
sejak Roma mengeluarkan perintah yang menyatakan bahwa dia adalah raja
(Josephus, Antiquities, 17,8,1). Antigonus meninggal pada saat
Marcus Agrippa dan Lucius Caninius Gallus menjadi konsulat, yaitu pada tahun 37
BC. ((Josephus, Antiquities, 14,16, 4)). Herodes menjadi raja pada
saat Caius Domitias Calvinus dan Caius Asinius Pollio menjadi konsulat pada
tahun 40 BC. Perhitungannya adalah sebagai berikut: Dihitung dari meninggalnya
Antigonus: 37 BC – 34 = 3 BC atau dihitung dari Raja Herodes menjadi raja: 40
BC – 37 = 3 BC.
Oleh karena itu, raja Herodes dipercaya meninggal sekitar
3 BC – 5 BC, atau kemungkinan sekitar 4 BC. Hal ini dikarenakan Josephus
mengatakan bahwa pada saat tahun itu juga terjadi gerhana bulan (Josephus, Antiquities,
17,6, 4). Dan gerhana bulan ini terjadi pada tahun 4 BC. Karena Herodes
meninggal tahun 4 BC, maka Kristus harus lahir sebelum tahun 4 BC. Dan
diperkirakan Yesus lahir beberapa tahun sebelum kematian raja Herodes.
Berdasarkan perhitungan tersebut di atas, para ahli percaya bahwa kelahiran
Yesus adalah sekitar tahun 7 BC – 6 BC.
2. Mengapa merayakan Natal tanggal 25 Desember
Setiap tahun kita merayakan hari Natal, yaitu Hari
Kelahiran Yesus Kristus. Namun mungkin banyak di antara kita yang mempunyai
pertanyaan- pertanyaan sehubungan dengan perayaan Natal, setidak-tidaknya
seperti tiga buah pertanyaan berikut ini. Pertama, tentang asal-usul perayaan
Natal. Kedua, apa perlunya merayakan Natal, mengingat kata Natal tidak disebut
dalam Kitab Suci. Ketiga, bolehkah merayakan Natal sebelum tanggal 25 Desember?
((Tiga pertanyaan dan jawaban dari pertanyaan ini dimuat di tabloid Catholic
Life edisi Desember 2011))
Memang ada beberapa teori tentang asal mula hari Natal
dan Tahun Baru. Menurut Catholic Encyclopedia, pesta Natal pertama
kali disebut dalam “Depositio Martyrum” dalam Roman Chronograph 354
(edisi Valentini-Zucchetti (Vatican City, 1942) 2:17). ((New Catholic
Encyclopedia, Vol III, The Catholic University of America, (Washington:
1967, reprint 1981), p.656)) Dan karena Depositio Martyrum ditulis
sekitar tahun 336, maka disimpulkan bahwa perayaan Natal dimulai sekitar
pertengahan abad ke-4.
Kita juga tidak tahu secara persis tanggal kelahiran
Kristus, namun para ahli memperkirakan sekitar 8-6 BC (Sebelum Masehi). St.
Yohanes Krisostomus berargumentasi bahwa Natal memang jatuh pada tanggal 25
Desember, dengan perhitungan kelahiran Yohanes Pembaptis. Karena Zakaria adalah
imam agung dan hari silih (Atonement) jatuh pada tanggal 24 September,
maka Yohanes Pembaptis lahir tanggal 24 Juni dan Kristus lahir enam bulan
setelahnya, yaitu tanggal 25 Desember. ((Ibid.))
Ada juga sejumlah orang yang meyakini bahwa kelahiran
Kristus jatuh pada tanggal 25 Desember, berdasarkan tanggal winter
solstice (25 Desember dalam kalendar Julian), karena pada tanggal
tersebut, matahari mulai kembali ke utara. Ada juga yang kemudian menghubungkan
tanggal tersebut dengan kebiasaan kaum kafir /pagan berpesta “dies natalis
Solis Invicti” (perayaan dewa Matahari); dan penetapan Kaisar
Aurelian di tahun 274, bahwa dewa matahari adalah pelindung kerajaan
Roma, yang dirayakan setiap tanggal 25 Desember. ((Ibid.)) Hal
serupa juga berlaku untuk tahun baru, yang dikatakan berasal dari kebiasaan
suku Babilonia. Namun sejujurnya, semua itu merupakan spekulasi.
Namun, bukankah Natal tidak pernah disebutkan dalam Kitab
Suci? Mengapa kita tetap merayakan Natal? Kita tahu, bahwa tidak semua hal
disebutkan di dalam Kitab Suci (lih. Yoh 21:25), termasuk kata Inkarnasi,
Trinitas, Natal. Jangan lupa juga bahwa Kitab Suci pun tidak pernah menuliskan
larangan untuk merayakan Natal. Satu hal yang pasti adalah kelahiran Yesus
disebutkan di dalam Kitab Suci. Merayakan misteri Inkarnasi, merayakan Tuhan
datang ke dunia dalam rupa manusia, merayakan bukti cinta kasih Allah kepada
manusia adalah esensi dari perayaan Natal. Dengan demikian, perayaan Natal
adalah hal yang sangat baik, karena seluruh umat Allah memperingati belas kasih
Allah. Kalau memperingati ulang tahun anak kita adalah sesuatu yang baik –
karena mengingatkan akan kasih Allah yang memberikan anak di dalam keluarga
kita, maka seharusnya memperingati ulang tahun Sang Penyelamat kita adalah hal
yang amat sangat baik, bahkan sudah seharusnya dilakukan.
Pertanyaan selanjutnya adalah apakah boleh merayakan
Natal sebelum tanggal 25 Desember atau sesudah lewat masa Natal? Sebenarnya,
dari pemahaman makna Adven, kita, umat Katolik, tidak dianjurkan untuk
merayakan Natal sebelum hari Natal. Sebab justru karena kita menghargai hari
Natal sebagai hari yang sangat istimewa, maka kita perlu mempersiapkan diri
untuk menyambutnya. Persiapan ini kita lakukan dengan masa pertobatan selama 4
minggu, yaitu mengosongkan diri kita dari segala dosa yang menghalangi kita
menyambut Sang Juru Selamat; agar pada hari kelahiran-Nya, kita dapat mengalami
lahir-Nya Kristus secara baru di dalam hati kita. Dengan demikian, kalau kita
ingin merayakan Natal bersama keluarga, mari kita rayakan setelah Malam Natal,
setelah hari Natal, selama dalam 8 hari (Oktaf Natal). Gereja Katolik memang
merayakan Natal sejak Malam Natal sampai hari Epifani (Minggu Pertama setelah
Oktaf Natal) dan bahkan gereja-gereja memasang dekorasi Natal sampai perayaan
Pembaptisan Yesus oleh Yohanes Pembaptis (hari Minggu setelah tanggal 6 Januari).
3. Mengapa pohon cemara?
Sejarah pohon natal dapat ditelusuri sampai di sekitar
abad ke-8, saat St. Bonifasius (675-754), seorang uskup Inggris, menyebarkan
iman Katolik di Jerman. Pada saat dia meninggalkan Jerman dan pergi ke Roma
sekitar 15 tahun lamanya, jemaat yang dia tinggalkan kembali lagi kepada
kebiasaan mereka untuk mempersembahkan kurban berhala di bawah pohon Oak.
Namun dengan berani St. Bonifasius menentang hal ini dan kemudian menebang
pohon Oak tersebut. Jemaat kemudian bertanya bagaimana caranya mereka dapat
merayakan Natal. Maka St. Bonifasius kemudian menunjuk kepada pohon fir atau pine,
yang melambangkan damai dan kekekalan karena senantiasa hijau sepanjang tahun.
Juga karena bentuknya meruncing ke atas, maka itu mengingatkan akan surga.
Bentuk pohon yang berupa segitiga dan menjulang ke atas serta hijau sepanjang
tahun, inilah mengingatkan kita akan misteri Trinitas, Allah yang kekal untuk
selama-lamanya, yang turun ke dunia dalam diri Kristus untuk menyelamatkan
manusia.
Maka walaupun memang tradisi pohon cemara tidak diperoleh
dari jaman dan tempat asal Yesus, penggunaan pohon cemara tidak bertentangan
dengan pengajaran Kitab Suci. Dalam hal ini, yang dipentingkan adalah maknanya:
yaitu untuk mengingatkan umat Kristiani agar mengingat misteri kasih Allah
Trinitas yang kekal selamanya, yang dinyatakan dengan kelahiran Yesus Sang
Putera ke dunia demi menebus dosa manusia.
Tradisi Masa
Adven
Begitu
pentingnya peristiwa kelahiran Yesus Sang Putera, sehingga Gereja mempersiapkan
umatnya untuk memperingatinya; dan masa persiapan ini dikenal dengan masa
Adven. Kata “adven” sendiri berasal dari kata “adventus” dari bahasa
Latin, yang artinya “kedatangan”. Masa Adven yang kita kenal saat ini
sebenarnya telah melalui perkembangan yang cukup panjang. Pada tahun 590,
sinode di Macon, Gaul, menetapkan masa pertobatan dan persiapan kedatangan
Kristus. Kita juga menemukan bukti dari homili Minggu ke-2 masa Adven dari St.
Gregorius Agung (Masa kepausan 590-604). Dari Gelasian Sacramentary,
kita dapat melihat adanya 5 minggu masa Adven, yang kemudian diubah menjadi 4
minggu oleh Paus Gregorius VII (1073-1085). Sampai sekarang, masa Adven ini
dimulai dari hari Minggu terdekat dengan tanggal 30 November (hari raya St.
Andreas) selama 4 minggu ke depan sampai kepada hari Natal pada tanggal 25
Desember.
Masa Adven ini berkaitan dengan permenungan akan
kedatangan Kristus. Kristus memang telah datang ke dunia, Ia akan datang
kembali di akhir zaman; namun Ia tidak pernah meninggalkan Gereja-Nya dan selalu
hadir di tengah- tengah umat-Nya. Maka dikatakan bahwa peringatan Adven
merupakan perayaan akan tiga hal: peringatan akan kedatangan Kristus yang
pertama di dunia, kehadiran-Nya di tengah Gereja, dan penantian akan
kedatangan-Nya kembali di akhir zaman. Maka kata “Adven” harus dimaknai dengan
arti yang penuh, yaitu: dulu, sekarang dan di waktu yang akan datang.
Ini adalah dasar dari pengertian tiga macam kedatangan
Kristus yang dipahami Gereja Katolik. Pemahaman ini menjiwai persiapan rohani
umat; dan hal ini tercermin dalam perayaan liturgi dalam Gereja Katolik. Sebab
di antara kedatangan-Nya yang pertama di Betlehem dan kedatangan-Nya yang kedua
di akhir zaman, Kristus tetap datang dan hadir di tengah umat-Nya. Hanya saja,
masa Adven menjadi istimewa karena secara khusus Gereja mempersiapkan diri
untuk memperingati peristiwa besar penjelmaan Tuhan, menjelang peringatan hari
kelahiran-Nya di dunia.
Katekismus
Gereja Katolik (KGK, 524) menuliskan:
KGK, 524 Dalam
perayaan liturgi Adven, Gereja menghidupkan lagi penantian akan Mesias; dengan
demikian umat beriman mengambil bagian dalam persiapan yang lama menjelang
kedatangan pertama Penebus dan membaharui di dalamnya kerinduan akan
kedatangan-Nya yang kedua (Bdk. Why 22:17.). Dengan merayakan kelahiran dan mati
syahid sang perintis, Gereja menyatukan diri dengan kerinduannya: “Ia harus
makin besar dan aku harus makin kecil” (Yoh 3:30).
Pada masa Adven, umat Katolik sering melakukan ulah
kesalehan yang baik, yang berakar selama berabad-abad. Ulah kesalehan ini
bertujuan untuk membantu mempersiapkan umat dalam menyambut kedatangan Sang
Mesias. ((Kongregasi Ibadat dan Tata Tertib Sakramen, Direktorium
tentang Kesalehan Umat dan Liturgi, Asas-asas dan pedoman, 97)) Semua ulah
kesalehan ini mengingatkan umat akan Sang Mesias yang sebelumnya telah
dinubuatkan melalui perantaraan para nabi dalam Perjanjian Lama. Ulah kesalehan
ini juga mengingatkan umat Allah akan Kristus yang lahir dari Perawan Maria
dengan begitu banyak kesulitan, yang akhirnya terlahir, namun terlahir di
kandang, di tempat yang kurang layak. Mari sekarang kita membahas persiapan
rohani yang terkait dengan masa Adven.
1. Persiapan spiritual
Karena masa Adven adalah masa penantian yang harus diisi
dengan pertobatan, sehingga kita mempersiapkan diri kita untuk menyambut
kedatangan Kristus, maka sudah seharusnya umat Allah mempersiapkan diri secara
spiritual. Persiapan yang terbaik adalah dengan lebih sering menerima Sakramen
Ekaristi dan juga menerima Sakramen Tobat. Sakramen Ekaristi menyadarkan kita
akan kasih Allah yang memberikan Putera-Nya untuk bersatu dengan kita, yang
dimulai dengan peristiwa Inkarnasi. Sakramen Tobat menyadarkan kita bahwa kita
sebenarnya tidak layak menyambut Kristus karena dosa-dosa kita, namun Kristus
datang ke dunia untuk menyelamatkan kita dari belenggu dosa. Masa Adven adalah
waktu yang tepat untuk terus bertekun dalam doa-doa pribadi dan membaca Kitab
Suci. Sungguh baik kalau kita dapat mengikuti bacaan Kitab Suci mengikuti
kalender Gereja, karena bacaan-bacaan telah disusun sedemikian rupa untuk
mempersiapkan kita menyambut Sang Mesias.
Dalam masa Adven ini, ada sebagian umat yang juga
menjalankan Novena Maria dikandung Tanpa Noda, Novena Natal dan Novena Kanak-
kanak Yesus. Karena Gereja memperingati Maria dikandung Tanpa Noda (Immaculate
Conception) pada tanggal 9 Desember, maka penghormatan kepada Bunda Maria,
yang melahirkan Kristus juga dipandang sebagai devosi yang baik. Jika devosi
ini dilaksanakan, maka sebaiknya menonjolkan teks-teks profetis, mulai dari Kej
3:15 dan berakhir pada kabar gembira dari malaikat Gabriel kepada Maria, yang
penuh rahmat. ((Ibid., 102))
2. Lingkaran Adven
Lingkaran Adven (Adven wreath) adalah satu
lingkaran yang biasanya terbuat dari daun-daun segar, dengan empat lilin. Pada
awal mulanya, sebelum kekristenan berkembang di Jerman, orang- orang telah
menggunakan lingkaran daun, yang atasnya dipasang lilin untuk memberikan
pengharapan bahwa musim dingin yang gelap akan lewat. Di abad pertengahan, umat
Kristen mengadaptasi kebiasaan ini dan memberikan makna yang baru pada
lingkaran daun ini menjadi lingkaran Adven, untuk menantikan kedatangan Mesias,
Sang Terang. Dikatakan bahwa penyalaan lilin yang bertambah minggu demi minggu
sampai hari Natal merupakan permenungan akan tahapan karya keselamatan Allah
sebelum kedatangan Kristus, yang adalah Sang Terang Dunia, yang akan
menghapuskan kegelapan. (Ibid, 98))
Di dalam dokumen Direktorium tentang Kesalehan Umat dan
Liturgi, tidak disebutkan warna lilin yang digunakan, sehingga umat dapat
menggunakan lilin warna putih ataupun ungu. Karena masa Adven juga menjadi masa
pertobatan, maka lilin dapat menggunakan warna ungu, yang menjadi simbol
pertobatan. Kemudian di Minggu ke-3, atau disebut minggu Gaudete atau
minggu sukacita, dipasang lilin berwarna merah muda, yang menyatakan sukacita
karena masa penantiaan akan telah berjalan setengah dan akan berakhir. Ada juga
kebiasaan, yang meletakkan lilin putih di tengah, yang dinyalakan saat masa
Adven selesai, yang menyatakan bahwa Kristus telah datang.
3. Antifon Tujuh ‘O’
Gereja Katolik mengharuskan para imam untuk berdoa
liturgi harian (Liturgy of the hour atau Brevier).
Walaupun doa ini diperuntukkan untuk para imam, namun kaum awam juga dianjurkan
untuk mendoakannya. Dengan demikian, alangkah baik, kalau pada tanggal 17-23,
juga diadakan ibadah sore bersama-sama di Gereja. Doa ini begitu indah dan
dalam, sehingga seseorang dapat berdoa bersama dengan Gereja, doa berdasarkan
Sabda Tuhan, dan doa bersama dengan para santa-santo yang dirayakan dalam
liturgi Gereja. Dalam masa Adven, tujuh hari sebelum Natal, yaitu tanggal 17-23
Desember, didoakan antifon sebagai berikut: O Sapientia (O
Kebijaksanaan), O Adonai (O Tuhan), O Radix Jesse (O
Pangkal Isai), O Clavis David (O Kunci Daud), O Oriens
(O Bintang Fajar), O Rex Gentium (O Raja Segala Bangsa), O Emmanuel
(O Imanuel / O Tuhan beserta kita). Kalau kita mengambil inisial dari doa
tersebut mulai dari sebutan yang terakhir, maka akan membentuk kalimat “ERO
CRAS”, yang artinya Besok, Aku akan datang. Jadi, masa penantian dalam masa
Adven senantiasa dibarengi dengan pengharapan akan kedatangan Sang Imanuel.
Antifon ini menggambarkan kerinduan akan kedatangan Sang
Mesias. Dia yang merupakan Sabda Allah (O, Kebijaksanaan), yang akan
mengajarkan manusia jalan Allah dengan cara Sang Sabda yang adalah Allah
menjadi manusia (lih. Yoh 1:1). Bagaimana pemenuhan dari janji ini? Hal ini
dipenuhi secara bertahap, dengan menggambarkan beberapa karakter. Kalau
sebelum-Nya Allah menyatakan hukum-hukumnya dalam dua loh batu, maka nanti Dia
akan menyatakannya lewat sebuah Pribadi (O Adonai). Pribadi ini akan datang
dari keturunan Daud (O Radix Jesse), yang menggambarkan Inkarnasi, di mana
semua raja akan bertekuk lutut. Dia mempunyai kekuasaan tak terbatas, yang
digambarkan sebagai kunci Daud (O Clavis David), di mana Dia akan mengangkat
manusia dari keterpurukan. Dia akan memberikan terang (O Oriens) kepada
bangsa-bangsa. Terang ini menyinari semua orang, baik bangsa Yahudi maupun
non-Yahudi, dan Dia akan menjadi raja segala bangsa (O Rex Gentium). Dia akan
datang kepada umat manusia dan akan menyertai (O Emmanuel) umat manusia. Itulah
harapan dari umat manusia akan kedatangan Sang Penyelamat. Dan dari rangkaian
tujuh O Antifon, maka seolah-olah Yesus menjawab kerinduan ini, dengan mengatakan ERO
CRAS atau ‘Besok, Aku akan datang’. Mari kita melihat satu
persatu dari antifon ini:
17 Desember (O Sapientia)
O
Kebijaksanaan, yang mengalir dari Sabda yang Maha Tinggi, menggapai dari ujung
ke ujung dengan penuh kuasa, dan dengan gembira memberikan segala sesuatu;
datang dan ajarlah kami jalan kebijaksanaan.
“Roh TUHAN akan ada padanya, roh hikmat dan
pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan TUHAN;
ya, kesenangannya ialah takut akan TUHAN. Ia tidak akan menghakimi dengan
sekilas pandang saja atau menjatuhkan keputusan menurut kata orang.” (Yes
11:2-3)
“Dan inipun datangnya dari TUHAN semesta alam; Ia ajaib
dalam keputusan dan agung dalam kebijaksanaan.” (Yes 28:29)
18 Desember (O Adonai)
O
Tuhan dan Penguasa dari bangsa Israel, yang telah menampakkan diri kepada Musa
dari dalam semak terbakar, dan telah memberikan kepadanya hukum di Sinai:
datang dan bebaskanlah kami dengan rengkuhan lengan-Mu.
“Tetapi ia akan menghakimi orang-orang lemah dengan
keadilan, dan akan menjatuhkan keputusan terhadap orang-orang yang tertindas di
negeri dengan kejujuran; ia akan menghajar bumi dengan perkataannya seperti
dengan tongkat, dan dengan nafas mulutnya ia akan membunuh orang fasik. Ia
tidak akan menyimpang dari kebenaran dan kesetiaan, seperti ikat pinggang tetap
terikat pada pinggang.” (Yes 11:4-5)
“Sebab TUHAN ialah Hakim kita, TUHAN
ialah yang memberi hukum bagi kita; TUHAN ialah Raja kita, Dia akan
menyelamatkan kita.” (Yes 33:22)
19 Desember (O Radix Jesse)
O
Pangkal Isai, yang berdiri sebagai tanda bagi orang-orang, yang di hadapan-Nya,
seluruh raja tidak dapat membuka mulut mereka; yang kepada-Nya seluruh bangsa
harus berdoa: datang dan bebaskanlah kami, janganlah menunda lagi.
“Suatu tunas akan keluar dari tunggul
Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah.” (Yes 11:1)
“Maka pada waktu itu taruk dari pangkal
Isai akan berdiri sebagai panji-panji bagi bangsa-bangsa; dia akan
dicari oleh suku-suku bangsa dan tempat kediamannya akan menjadi mulia.” (Yes
11:10)
20 Desember (O Clavis David)
O
Kunci Daud, dan tongkat dari bangsa Israel; Yang mana apabila Ia membuka, tidak
ada yang dapat menutup; apabila Ia menutup, tidak ada yang dapat membuka:
datang dan pimpinlah tawanan dari rumah penjara, dan dia yang duduk dalam
kegelapan dan bayang-bayang maut.
“Aku akan menaruh kunci rumah Daud ke
atas bahunya: apabila ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila ia
menutup, tidak ada yang dapat membuka.” (Yes 22:22)
“Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan
berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya,
karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari
sekarang sampai selama-lamanya. Kecemburuan TUHAN semesta alam akan melakukan
hal ini.” (Yes 9:7)
“untuk membuka mata yang buta, untuk mengeluarkan orang
hukuman dari tempat tahanan dan mengeluarkan orang-orang yang duduk dalam gelap
dari rumah penjara.” (Yes 42:7)
21 Desember (O Oriens)
O
Fajar Timur, Cahaya kemegahan abadi, dan matahari keadilan: Datang dan
terangilah mereka yang duduk dalam kegelapan, dan bayang-bayang maut.
“Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah
melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman,
atasnya terang telah bersinar.” (Yes 9:1)
“Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu
datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu. Sebab sesungguhnya, kegelapan
menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa; tetapi terang TUHAN terbit
atasmu, dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu.” (Yes 60:1-2)
“Tetapi kamu yang takut akan nama-Ku, bagimu akan
terbit surya kebenaran dengan kesembuhan pada sayapnya. Kamu
akan keluar dan berjingkrak-jingkrak seperti anak lembu lepas kandang.” (Mal
4:2)
22 Desember (O Rex Gentium)
O
Raja Segala Bangsa, dan yang dirindukan, Batu penjuru yang membuat bangsa
Yahudi dan non-Yahudi menjadi satu: datang dan selamatkanlah manusia, yang
telah Engkau ciptakan dari debu tanah.
“Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang
putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya,
dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang
Kekal, Raja Damai.” (Yes 9:6)
“Ia akan menjadi hakim antara bangsa-bangsa dan
akan menjadi wasit bagi banyak suku bangsa; maka mereka akan menempa
pedang-pedangnya menjadi mata bajak dan tombak-tombaknya menjadi pisau
pemangkas; bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa, dan mereka
tidak akan lagi belajar perang.” (Yes 2:4)
“sebab itu beginilah firman Tuhan ALLAH: “Sesungguhnya,
Aku meletakkan sebagai dasar di Sion sebuah batu, batu yang teruji, sebuah batu
penjuru yang mahal, suatu dasar yang teguh: Siapa yang percaya, tidak akan
gelisah!” (Yes 28:16)
23 Desember (O Emmanuel)
O
Imanuel, Raja dan Pemberi hukum kami, harapan dari semua bangsa dan keselamatan
mereka: datang dan selamatkanlah kami, O Tuhan Allah kami.
“Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu
suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan
melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.”
(Yes 7:14)
Mempersiapkan
Natal Dengan Sungguh Dan Menangkap Arti Natal
Dari
pemaparan di atas, maka sesungguhnya menjadi jelas, bahwa masa Adven adalah
masa persiapan untuk menyambut kedatangan Kristus, yang harus diisi dengan
pertobatan, yaitu membersihkan rumah hati kita, agar Kristus dapat lahir
kembali di hati kita. Kalau kita mempersiapkan diri dengan baik, maka kita akan
mengalami Kristus yang hadir di dalam hati kita, sehingga kita juga akan
mempunyai tujuan yang sama dengan Inkarnasi Kristus, yaitu untuk mengasihi
dengan memberikan diri kepada sesama kita. Dengan kata lain, Natal mengingatkan
kita untuk dapat berbagi kasih dengan sesama. Mari, pada masa Adven ini, kita
mempersiapkan diri kita dengan sebaik-baiknya. Datanglah ya Tuhan, lahirlah
secara baru di dalam hatiku…..!
Sumber
: https://www.katolisitas.org/seputar-adven-dan-natal/
Komentar
Posting Komentar