Self-Interest Adam Smith vs Moralitas
Nama : Yehezkiel F. Tangalobo |
Magnum Opus Adam Smith menjadi patron
dalam perkembangan ilmu ekonomi modern di dunia. Pada tahun 1776, lahirlah buku
yang sangat fenomenal An Inquiry Into the Nature and Causes of the Wealth of
Nations yang menandai lahirnya ekonomi modern. Seorang pelajar yang menggeluti
bidang Ekonomi khususnya dalam sejarah perkembangan ekonomi tidak akan luput
dari pernyataan fenomenal dari Adam Smith terkait Self-Interest (kepentingan
diri sendiri).
Pernyataan ini sangat kontroversial
dalam dunia intelektual ekonomi, [anggapan beberapa orang] bagaimana mungkin
seorang dosen filsafat moral menulis sebuah buku yang membenarkan sikap egois,
membenarkan bentuk-bentuk keserakahan manusia dalam upaya akumulasi kapital
sebesar-besarnya, self-interest seakan meniscayakan jalan kebebasan sepenuhnya
dalam bertindak demi keuntungan semata tanpa memperhatikan etika/norma
Moralitas yang berlaku di masyarakat. Apakah benar seorang dosen filsafat moral
mengajarkan hal demikian?
Smith mengatakan, “Tetapi manusia
hampir selalu punya kesempatan untuk membantu saudaranya. … Dia lebih besar
kemungkinannya untuk menang jika dia dapat menarik kepentingan diri mereka
dengan membantu orang lain. … Beri saya apa yang saya inginkan dan Anda akan
mendapat apa yang Anda inginkan. Ini adalah makna dari pemberian.” (Smith,
1965). Pernyataan ini mengandung makna yang sangat dalam terkait konsep
self-interest Adam Smith, baginya orang-orang dalam landasan geraknya didasari
pada kepentingan individu, manusia bertransaksi untuk kepentingan dirinya
(mendapatkan keuntungan), dalam menjamin kepentingan individunya maka seseorang
wajib menjaga hubungan dirinya dengan orang lain dalam koridor yang sama-sama
menguntungkan (Jangka Panjang), sehingga secara tidak langsung kepentingan
individu masing-masing pihak menyebabkan keuntungan bagi masing-masing pihak.
Bagi Adam Smith, transaksi yang
didasari pada kepentingan individu dengan melanggar batas-batas etika moral dan
merugikan orang lain menyebabkan kehancuran bagi dirinya sendiri, seperti dua
contoh diatas (penjual makanan dan perusahaan provider internet), jika si
penjual dalam memenuhi menu porsi dengan kualitas bahan baku yang buruk (misal
beras, daging) dengan tujuan meminimalkan biaya, untuk jangka pendek
kemungkinan akan menguntungkan si penjual, namun dalam jangka panjang maka
pelanggan dari penjual makanan ini akan berpindah ke penjual makanan lain
karena ketidakpuasan pelayanan dan hasil yang di dapatkan. Begitu pula dengan
perusahaan provider internet jika yang menjadi acuan adalah self-interest tanpa
memperhatikan etika moral dalam proses transaksi dengan pelanggan akan
mengalami kehancuran secara otomatis.
Adam Smith adalah Patron utama dalam
pencetusan konsep ekonomi pasar bebas. Menilai secara objektif, konsep ini
sangat rawan terjadinya pelanggaran etika-etika moral dalam aspek ekonomi,
lingkungan, SDM. Bagi Adam Smith untuk mencapai kemakmuran bangsa-bangsa maka
intervensi negara harus diminimalkan, biarkan individu memiliki kebebasan dalam
bekerja untuk akumulasi kapital, negara berkewajiban untuk menegakkan hukum
untuk menjamin setiap warga negara dalam mendapatkan hak-haknya.
Menurut Mark Skousen, ada tiga
karakteristik dari sistem atau model klasik Adam Smith, yaitu kebebasan
(freedom), kepentingan diri sendiri (self-interest), dan Persaingan
(competitive). Model ini banyak di adopsi oleh negara-negara pasar bebas dan
menjadi pilar dalam memenuhi kebutuhan ekonomi negaranya, namun selalu ada saja
krisis-krisis dalam mengaplikasikan sistem yaitu dengan mengutamakan
kepentingan diri sendiri dan mengorbankan kepentingan orang lain.
Banyaknya kasus-kasus eksploitasi
manusia untuk bekerja dan mengambil nilai lebih dan merugikan pekerja tersebut
secara tidak manusiawi, dengan meminimalkan cost tenaga kerja, maka HPP suatu
produk dapat ditekan, produk dapat di ekspor ke luar negeri dan mendegradasi
produk-produk lokal karena harga produk lokal lebih tinggi dari produk-produk
impor. Ini adalah contoh krisis yang terjadi di sistem pasar bebas kapitalisme.
Sebagai seorang akademisi/intelektual,
mesti memiliki sikap yang objektif kepada Adam Smith, bahwa ia tidak
membenarkan segala bentuk dehumanisasi dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi. Adam
Smith adalah seorang dosen filsafat moral yang menentang dehumanisasi, jadi
boleh saja sistem kapitalisme Adam Smith berbeda dengan sistem kapitalisme yang
ada sekarang.
Komentar
Posting Komentar