Langsung ke konten utama

Artikel Bulan Februari 2021

 Self-Interest Adam Smith vs Moralitas

Nama : Yehezkiel F. Tangalobo
Tempat, tanggal lahir : Waena, 25 Februari 2000
Jurusan/angkatan : Manajemen/2018

Magnum Opus Adam Smith menjadi patron dalam perkembangan ilmu ekonomi modern di dunia. Pada tahun 1776, lahirlah buku yang sangat fenomenal An Inquiry Into the Nature and Causes of the Wealth of Nations yang menandai lahirnya ekonomi modern. Seorang pelajar yang menggeluti bidang Ekonomi khususnya dalam sejarah perkembangan ekonomi tidak akan luput dari pernyataan fenomenal dari Adam Smith terkait Self-Interest (kepentingan diri sendiri).

Pernyataan ini sangat kontroversial dalam dunia intelektual ekonomi, [anggapan beberapa orang] bagaimana mungkin seorang dosen filsafat moral menulis sebuah buku yang membenarkan sikap egois, membenarkan bentuk-bentuk keserakahan manusia dalam upaya akumulasi kapital sebesar-besarnya, self-interest seakan meniscayakan jalan kebebasan sepenuhnya dalam bertindak demi keuntungan semata tanpa memperhatikan etika/norma Moralitas yang berlaku di masyarakat. Apakah benar seorang dosen filsafat moral mengajarkan hal demikian?

Smith mengatakan, “Tetapi manusia hampir selalu punya kesempatan untuk membantu saudaranya. … Dia lebih besar kemungkinannya untuk menang jika dia dapat menarik kepentingan diri mereka dengan membantu orang lain. … Beri saya apa yang saya inginkan dan Anda akan mendapat apa yang Anda inginkan. Ini adalah makna dari pemberian.” (Smith, 1965). Pernyataan ini mengandung makna yang sangat dalam terkait konsep self-interest Adam Smith, baginya orang-orang dalam landasan geraknya didasari pada kepentingan individu, manusia bertransaksi untuk kepentingan dirinya (mendapatkan keuntungan), dalam menjamin kepentingan individunya maka seseorang wajib menjaga hubungan dirinya dengan orang lain dalam koridor yang sama-sama menguntungkan (Jangka Panjang), sehingga secara tidak langsung kepentingan individu masing-masing pihak menyebabkan keuntungan bagi masing-masing pihak.

Bagi Adam Smith, transaksi yang didasari pada kepentingan individu dengan melanggar batas-batas etika moral dan merugikan orang lain menyebabkan kehancuran bagi dirinya sendiri, seperti dua contoh diatas (penjual makanan dan perusahaan provider internet), jika si penjual dalam memenuhi menu porsi dengan kualitas bahan baku yang buruk (misal beras, daging) dengan tujuan meminimalkan biaya, untuk jangka pendek kemungkinan akan menguntungkan si penjual, namun dalam jangka panjang maka pelanggan dari penjual makanan ini akan berpindah ke penjual makanan lain karena ketidakpuasan pelayanan dan hasil yang di dapatkan. Begitu pula dengan perusahaan provider internet jika yang menjadi acuan adalah self-interest tanpa memperhatikan etika moral dalam proses transaksi dengan pelanggan akan mengalami kehancuran secara otomatis.

Adam Smith adalah Patron utama dalam pencetusan konsep ekonomi pasar bebas. Menilai secara objektif, konsep ini sangat rawan terjadinya pelanggaran etika-etika moral dalam aspek ekonomi, lingkungan, SDM. Bagi Adam Smith untuk mencapai kemakmuran bangsa-bangsa maka intervensi negara harus diminimalkan, biarkan individu memiliki kebebasan dalam bekerja untuk akumulasi kapital, negara berkewajiban untuk menegakkan hukum untuk menjamin setiap warga negara dalam mendapatkan hak-haknya.

Menurut Mark Skousen, ada tiga karakteristik dari sistem atau model klasik Adam Smith, yaitu kebebasan (freedom), kepentingan diri sendiri (self-interest), dan Persaingan (competitive). Model ini banyak di adopsi oleh negara-negara pasar bebas dan menjadi pilar dalam memenuhi kebutuhan ekonomi negaranya, namun selalu ada saja krisis-krisis dalam mengaplikasikan sistem yaitu dengan mengutamakan kepentingan diri sendiri dan mengorbankan kepentingan orang lain.

Banyaknya kasus-kasus eksploitasi manusia untuk bekerja dan mengambil nilai lebih dan merugikan pekerja tersebut secara tidak manusiawi, dengan meminimalkan cost tenaga kerja, maka HPP suatu produk dapat ditekan, produk dapat di ekspor ke luar negeri dan mendegradasi produk-produk lokal karena harga produk lokal lebih tinggi dari produk-produk impor. Ini adalah contoh krisis yang terjadi di sistem pasar bebas kapitalisme.

Sebagai seorang akademisi/intelektual, mesti memiliki sikap yang objektif kepada Adam Smith, bahwa ia tidak membenarkan segala bentuk dehumanisasi dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi. Adam Smith adalah seorang dosen filsafat moral yang menentang dehumanisasi, jadi boleh saja sistem kapitalisme Adam Smith berbeda dengan sistem kapitalisme yang ada sekarang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membangun dan Menguatkan

Membangun dan Menguatkan “Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.” (Ibrani 10:24-25) Dalam menjalani kehidupan ini, tak dapat dipungkiri bahwa masalah bisa saja datang silih berganti. Masalah-masalah yang datang terkadang mampu kita hadapi seorang diri tetapi ada kalanya masalah itu terlalu berat dan kita membutuhkan topangan dari orang lain. Tuhan Yesus sendiri memang menciptakan manusia sebagai makhluk sosial dan bukan makhluk individualis. Dalam Kejadian 2:18 berkata “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” Firman ini memiliki arti bahwa manusia memang diciptakan memiliki keterkaitan  dengan sesamanya. Kita sebagai manusia meman...

Renungan Bulan Desember

Firman Tuhan Adalah Benih Yang Menghidupkan ( Mzm. 1:1-3 ; Luk. 8:11-15) Mazm. 1:1-3    Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil. Firman Tuhan adalah makanan rohani orang percaya untuk bertumbuh akan pengenalan kepada Yesus dan kebenaran-Nya. Namun dewasa ini, banyak orang Kristen yang enggan membaca Alkitab dengan berbagai alasan. Padahal, jika kita membaca dalam Mzm. 1:1-3, seharusnya kita senantiasa membaca bahkan merenungkan Firman Tuhan agar kita menjadi orang yang diberkati di dalam Dia. Menjadi orang yang diberkati bukan menjadi tujuan hidup orang yang hidup di dalam Tuhan, melainkan suatu anug...

Review Pendalaman Alkitab

DOA Waktu Pelaksanaan      : Selasa, 12 Oktober 2021 Pemateri                       : Ev. Pieter G. O. Sunkudon Jumlah Peserta             : 47 orang Ayat Alkitab                : Matius 6:5-15      Doa merupakan kebiasaan atau gaya hidup setiap orang percaya sehingga seringkali dikatakan doa sebagai nafas hidup orang percaya. Seringkali kita berdoa tetapi tidak juga didengar atau dibalaskan oleh Tuhan. Hal ini dikarenakan beberapa kesalahan yang kita perbuat ketika berdoa. Dalam Matius 6:5-8, Tuhan Yesus mengajarkan bagaimana seharusnya sikap seseorang dalam berdoa. Dalam firman Tuhan tersebut, dikatakan bahwa seringkali banyak orang yang berdoa seperti orang munafik yang berdoa di tempat umum untuk dilihat atau dikenal...