Daun yang Jatuh Tidak Pernah Membenci Angin
Matius 6:25-34
Tanggal : 29 April
Pemimpin Jam Doa : Kwan Wirawan Kwandou (IE'19)
Jumlah anggota yang hadir : 45
Matius 6 :25-34 adalah sebuah ayat yang berbicara masalah kekuatiran. Di dalam hidup ini kekuatiran adalah sebuah hal yang sangat sering terjadi. Era yang kita sedang hadapi sekarang ini adalah era VUCA (Velocity, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity).
Velocity memiliki makna bahwa perubahan yang terjadi sekarang ini berlangsung dengan sangat cepat. Siapa yang pernah menyangka kalau kita akan melaksanakan sebuah kegiatan dengan media zoom seperti ini. Dahulu ketika kita ingin ber jam doa misalnya, kita harus berkumpul di satu tempat yang sama. Misalnya di Gedung baruga ataupun di forbes. Namun sekarang ini kita tinggal memakai handphone dan kita bisa bersekutu di rumah masing-masing tanpa harus bertatap muka..
Tak dapat dipungkiri bahwa perubahan yang sedemikian cepatnya ini membawa sebuah ketidakpastian. Entah sampai kapan kita akan jam doa dengan media zoom seperti ini atau entah sampai kapan kita akan berkuliah dengan daring seperti ini yang tentu saja cukup mmebuat orang merasa bosan.
Kemudian ketidakpastian tersebut membawa sebuah complexity atau kompleksitas. Karena semua hal yang kita kerjakan tidak ada yang pasti, maka tentu saja akan membuat semua ini menjadi serba sulit.
Selanjutnya karena semua hal yang akan kita kerjakan menjadi semakin sulit membuat kekacauan terjadi dan kita namakan sebagai ambiguity. Kita tidak tahu lagi siapa yang harus kita percayai dan apa yang harus kita yakini.
Jadi perubahan yang berlangsung dengan sedemikian cepatnya itu kemudian membawa sebuah ketidakpastian, lalu dari ketidakpastian itu membawa sebuah kompleksitas atau semua hal menjadi sangat sulit dan kompleks dan dari kompleksitas itu membawa ambiguitas. Sadar ataupun tidak sadar, percaya atau tidak percaya. Era ini lah yang sedang kita hadapi bersama. Di Era serba sulit seperti ini bisa menimbulkan sebuah hal yang kita sebut sebagai kekuatiran.
Pertanyaan selanjutnya adalah apakah kita tidak boleh kuatir ? ditinjau dari sisi psikologis. Pada dasarnya cemas atau kekuatiran juga memberikan manfaat bagi manusia. Kekuatiran ini berfungsi sebagai media untuk memproteksi diri dari ancaman ataupun media untuk melakukan planning. Contohnya saya sedang menghadapi sebuah ancaman, kekuatiran itu akan bekerja dengan natural dan membuat anda menghindari ancaman itu. Contoh lain pula ketika kita besok menghadapai ujian, kecemasan itu terkadang bekerja. Mungkin saja kita merasa takut dan kuatir kita tidak lulus lalu kita belajar dengan giat hingga akhirnya bisa lulus ujian. Proses ini berlangsung dengan sangat manusiawi dan natural jadi tidak ada yang salah dengan kekuatiran itu sendiri. Melainkan yang salah adalah kekuatiran yang berlebihan. tentu saja ada beberapa persepsi yang perlu kita luruskan.
• Persepsi yang salah terkait ayat itu
- Ada yang beranggapan bahwa orang Kristen tidak perlu bekerja, ini adalah kesalahan dalam memahami Matius 6:32 Ora et Labora
- Ada pula yang beranggapan bahwa orang Kristen tidak perlu membuat rencana mengenai masa depan mereka. Ini adalah kesalahan dalam memahami Matius 6:34
- Ada juga yang salah dalam memotivasi dirinya sehingga motivasinya bukan untuk mencari kerajaan Allah dan kebenarannya. Melainkan mencari semua yang akan ditambahkan. Matius 6:33
Alasan bahwa kita tidak perlu menjadi kuatir sebetulnya hanya karena kita memiliki Allah bapak yang maha baik. Seperti dicontohkannya dalam Matius 6:26 bagaimana burung dan bunga bakung diperlihara Tuhan dengan sedemikian rupa apalagi dengan kita anak-anak-Nya. Kita harus percaya dan berserah kepada Tuhan Yeremia 29:11 TB dan Amsal 23:18
Alasan kedua adalah kekuatiran yang berlangsung secara berlebihan tentu memiliki dampak yang buruk dan tidak ada gunanya, bahkan alkitab sudah menyebutkan hal itu di Matius 6. Kekuatiran bisa membuat seseorang menjadi depresi ataupun terkena gangguan jiwa. Meksipun pada dasarnya depresi ataupun gangguan jiwa terjadi karena rusaknya struktur dan fungsi otak di dalam tubuh manusia. Namun efek dari kekuatiran yang berlebih tetap bisa menjadi penyebab kita terkena gangguan jiwa atau depresi.
Saya didiagnosis terkena gangguan jiwa dengan nama penyakit borderline personality disorder. Penyakit ini adalah sebuah gangguan yang membuat penderitanya merasa sangat takut ketika dia ditinggalkan dan dia berusaha untuk meakukan segala cara agar ia tidak ditinggalkan. Yang dalam realitanya, hal ini sangat menyedihkan karena terkadang cara yang dilakukan itu justru membuat orang menjauhinya.
Saya merasa kuatir, cemas, gelisah disertai dengan gejala-gejala fisik seperti sesak napas, sakit kepala, dan juga jantung berdebar. Sudah tidak terhitung berapa kali saya menangis.
Ditambah lagi dengan realita yang terjadi bahwa penyakit ini membuat kekurangan yang selama ini saya miliki menjadi tertampak. Membuat teman-teman yang deekat dengan saya menjadi meninggalkan saya. Gangguan jiwa ini terlah merenggut banyak sekali aspek di dalam hdiup saya, hubungan saya dengan orang lain, bahkan iman saya hampir hilang karena gangguan jiwa ini. Maka dari itu saya merasa tidak berguna.
Saya memiliki suicidal thought, berkali-kali mencoba bunuh diri dan berpikiran bahwa mati itu lebih baik dan enak. Dunia adalah sebuah tempat yang kejam dan saya tidak ingin untuk hidup dunia. Bahkan saya pernah berkata bahwa Ayah dan Ibu saya tercinta mengapa engkau meniupkan nafasku ke dunia?
Proses untuk sembuh dari penyakit mental adalah sebuah proses yang panjang, bisa bertahun-tahun tergantung dari seperti apa saya dan lingkungan yang ada disekitar saya. Saya beruntung karena meskipun sedikit masih ada orang-orang yang mencoba untuk mengerti saya dan berjanji bahwa seburuk-buruk apapun yang saya perbuat saya masih akan tetap ada disisimu.
Saya sadar bahwa dunia merupakan sebuah tempat yang kejam, tak dapat dipungkiri. Namun saya juga tak dapat memungkiri bahwa selalu ada alasan bagi saya untuk bersyukur.
“This world is cruel and merciless, But it's also very beautiful”, sebuah ungkapan dari Mikasa Ackerman salah satu tokoh dalam manga favorit saya yaitu attack on titan. Saya tersadarkan bahwa dunia ini memang kejam, namun juga sangat indah. Dan kita bisa bertahan di dunia yang kejam ini ketika kita menemukan sebuah tempat untuk pulang.
Bagi saya ada 3 tempat saya untuk pulang, yang pertama adalah Tuhan yesus, Sahabat saya, dan keluarga
Tempat saya untuk pulang yang terakhir adalah PMKO FEB UH.
Kesimpulannya adalah kita harus stop untuk kuatir secara berlebihan, itu tidak ada gunanya. Saya belajar dari dokter jiwa yang megobati saya dan ia berkata bahwa, tidak ada gunanya anda memikirkan terlalu dalam masalah kesedihan anda, karena sejatinya emosi itu tidak ada yang permanen itu pasti akan berlalu. Sebaliknya kita juga tidak usah terlalu terfokukan untuk mencari sebuah kebahagiaan, karena kebahagiaan itu juga pasti akan berlalu.
Saya mengambil tema daun yang jatuh tak pernah membenci angin. Karena saya belajar bahwa daun yang jatuh itu tak pernah membenci angin, tidak perduli seberapa jauh ia diterpa oleh angina tau tak peduli sekalipun daun jatuh ke tanah yang kotor. Daun tetap tegar dan mengikhlaskan semua yang terjadi ia tidak pernah membenci angin yang membuatnya jatuh. Karena daun yang jatuh itu tetap bisa menjadi berkat, bisa menjadi pupuk bagi tanaman agar tanaman bisa bertumbuh dengan baik. Begitu juga dengan kita meskipun kita berada di dalam titik terendah kita selalu diterpa dan dihembuskan oleh dunia yang kejam ini, kita tidak boleh membenci dunia dan keadaan ini, kita harus mengsyukuri apa yang ada dan tetap berusaha menjadi berkat bagi banyak orang.
Bukankah kopi itu pahit? Namun bukankah karena kepahitannya itu kopi memiliki rasa yang istimewa? Begitu pula dengan hidup, hidup ini memang pahit, namun karena kepahitannya itu lah hidup ini juga menjadi istimewa dan seperti itulah kehidupan ini bekerja
Soli Deo Gloria
Komentar
Posting Komentar