Langsung ke konten utama

Rubrik Katolik Bulan Mei 2021

 Sakramen dalam Gereja Katolik

Nama : Winda Ayuningsih
Tempat, tanggal lahir : Sendang Mulya Sari, 04 Mei 2002
Jurusan/angkatan : Manajemen/2020


Kata sakramen berasal dari bahasa Latin Sacramentum, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan yang kudus atau yang ilahi. "Untuk mengkuduskan manusia, membangun Tubuh Kristus dan akhirnya mempersembahkan ibadat kepada Allah"(SC 59). Karena Sakramen merupakan tanda dan sarana keselamatan, maka menerima dan memahami sakramen hendaknya ditempatkan dalam kerangka iman dan didasarkan kepada iman. Sakramen biasanya diungkapkan dengan kata-kata dan tindakan. Maka dalam Gereja Katolik sakramen mengandung 2 (dua) unsur hakiki yaitu:

1)    Forma artinya kata-kata yang menjelaskan peristiwa ilahi.

2)    Materia artinya barang atau tindakan tertentu yang kelihatan.

Dalam Katekismus Gereja Katolik, Sakramen dipahami sebagai tanda kehadiran Allah dalam hidup manusia. Sakramen juga dapat dipahami sebagai tanda rahmat Allah yang berkhasiat, dilembagakan oleh Kristus dan dipercayakan kepada Gereja, yang karenanya kehidupan Ilahi diberikan. Definisi Sakramen adalah definisi yang kompleks, maka diurakain sebagai berikut:

·       Kata berkhasiat dapat diartikan sebagai efektif atau suatu kata yang mengartikan bahwamenurut ajaran Katolik, sakramen dapat mewakili apa saja. Karena kuasa Tuhan hanya bekerja dan orang-orang Katolik mempercayai-Nya.

·       Tanda adalah objek, kata, atau isyarat yang menunjukan sesuatu diluar dari dirinya sendiri. Dalam ajaran Katolik, sakramen mewakili semua jenis benda, kata-kata dan gerak tubuh manusia dan mengarah pada sesuatu yang lebih besar, yakni rahmat dan belas kasih Tuhan.

·       Umat Katolik biasanya mendefinisikan Kasih Karunia sebagai Karunia Allah yang diberikan secara gratis dan cuma-cuma lewat kehadiran-Nya dalam Sakramen.

Umat katolik juga mempercayai bahwa sakramen merupakan saluran anugerah Allah dan sebagai sarana komunikasi yang efektif antara manusia dan Allah.

Dalam doktrin Katolik, sakramen mempunyai 3 (tiga) pengertian dasar, yakni:

1)    Sakramen dilembagakan oleh Kristus. Kristus melembagakan tujuh sakramen sebagai cara dimana Dia dapat hadir ditengah-tengah umat-Nya, bahkan setelah kenaikan-Nya ke surga.

2)    Sakramen-sakramen ini dipercayakan kepada Gereja. Dimana Kristus memberikan sakramen-sakramen kepada Gereja sehingga Gereja dapat membagikannya kepada umat-Nya.

3)    Sakramen memberikan kehidupan Ilahi. Orang-orang yang menerima Sakramen sebenarnya berbagi kehidupan ilahi dengan Allah atau Kristus itu sendiri. Kehadiran Kristus dalam sakramen masuk ke dalam jiwa Gereja dan umat-Nya. Dia juga membantu mereka menjalani kehidupan Kristen dan menyelamatkan mereka sehingga mereka dapat mencapai kehidupan kekal.

Dengan demikian, dalam doktrin katolik, sakramen juga dipahami sebagai hadiah dari Tuhan yang diberikan kepada Gereja sebagai bentuk kasih-Nya. Lewat sakramen inilah Allah membenarkan dan menguduskan umat-Nya dengan beberapa cara, seperti: Menyelamatkan umat-Nya dan membuatnya menjadi kudus, Dia bertemu umat-Nya dimanapun mereka berada, Dia mencurahkan kasih Karunia-Nya, dan Ia membangun gereja dan menerima penyembahan.

Dalam Gereja Katolik kita mengenal 7 Sakramen, yaitu:

1.     Sakramen Baptis

Sakramen Baptis merupakan tanda manusia dilahirkan kembali dalam wujud rohani karena telah menerima Kristus dan resmi bergabung dalam anggota Tubuh Kristus (Gereja). Dalam Gereja Katolik Babtisan tidak hanya sebagai simbol tetapi adalah sebuah sakramen. Babtisan (menurut Gereja Katolik) yaitu membuat kita lahir baru.

Beberapa dasar kitab suci mengenai ajaran tentang babtis antara lain: Injil Yohanes 3:5 "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah", pada ayat ini Yesus menekankan pentingnya Babtis sebagai jalan untuk masuk dalam Kerajaan Allah. Dalam Kis 2:38 St. Petrus mengatakan "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus". St. Petrus menekankan perlunya Babtis untuk pengampunan dosa dan syarat untuk menerima karunia Roh Kudus.

Penerimaan Sakramen Baptis dilakukan dengan pemericikan air pada dahi dengan kuasa Tuhan (dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus), kemudian diolesi minyak suci dan diberi kain putih serta lilin menyala sebagai lambang akan dosa-dosa asal yang telah dihapus dan siap untuk menjadi terang bagi semua orang. Babtisan bukan perbuatan manusiawi belaka tetapi Babtis adalah tanda dan sarana Rahmat Allah (yaitu kelahiran/hidup baru) dimana Allah berkarya melalui para pelayan (Imam, Diakon, dll) yang membabtis. Babtisan merupakan perwujudan iman seseorang kepada Yesus dan Iman itu berhubungan dengan pencurahan Roh Kudus.

2.       Sakramen Ekaristi

Sakramen Ekaristi merupakan wujud dari rasa syukur keselamatan manusia dan kasih Allah Bapa yang terwujud dalam pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib. Dengan menerima sakramen ekaristi umat Katolik mengingat misteri penyelamatan melalui wafat, kebangkitan, dan kenaikan Yesus kristus ke surga. Dalam perayaan ekaristi seluruh umat Katolik mengingat peristiwa perjamuan terakhir Yesus bersama para murid-Nya. Pada saat itu Yesus membagi dan memecah-mecahkan roti sebagai lambang akan tubuh-Nya, dan membagikan cawan berisi anggur yang melambangkan darah-Nya.

Dalam Sakramen Ekaristi, Roti dan Anggur yang dikonsekrasikan oleh imam berubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus, pada saat komuni kita menyambutnya dengan hormat. Pada hari Kamis Putih, Sakramen Ekaristi di Tahtakan dan kemudian diarak. Hal ini adalah suatu yang tidak akan diragukan kebenarannya oleh Gereja Katolik karena Roti dan Anggur yang dikonsekrasikan oleh imam berubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Beberapa dasar kitab suci yang berceritera mengenai Tubuh dan Darah Kristus antara lain: Matius 26:26-29 dimana pada saat merayakan perjamuan terakhir Yesus berkata "ambillah, makanlah, inilah tubuh-ku" dan "minumlah, kamu semua dari cawan ini. sebab inilah darahku..." dari ayat ini dapat disimpulkan bahwa Roti dan Anggur itu benar-benar Tubuh dan Darah Yesus. Lukas 22:14:23, Lukas menekankan Perkataan Yesus "Perbuatlah ini menjadi Peringatan Akan Aku". Dalam 1 Korintus 11:17-33, Rasul Paulus dalam suratnya menekankan Kesakralan Ekaristi "Barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan Roti atau minum cawan Tuhan ia berdosa terhadap Tubuh dan Darah Tuhan" dan secara langsung juga menekankan bahwa Roti dan Anggur yang telah diberkati (dikonsekrasikan) benar-benar berubah menjadi Tubuh dan Darah Tuhan Yesus sendiri.

Dalam pandangan Gereja Katolik, roti maupun anggur berubah sepenuhnya menjadi Yesus Kristus secara keseluruhan, baik Tubuh, Darah, Jiwa, dan Keallahan-Nya. Dengan demikian, seseorang yang menerima hosti berarti menerima Yesus Kristus secara keseluruhan. Perubahan ini adalah perubahan yang benar-benar terjadi secara aktual, dengan demikian baik di mata orang Katolik maupun bukan, roti dan anggur tersebut tetap merupakan Tubuh dan Darah Kristus.

3.       Sakramen Tobat (Pengakuan Dosa)

Dalam perjalanan hidupnya manusia pasti melakukan kesalahan (dosa) melalui pikiran, perkataan, maupun perbuatan. Dosa membuat manusia jauh dari Tuhan. Sakramen Tobat merupakan wujud pengampunan dari Yesus sendiri atas semua kesalahan dan dosa-dosa manusia. Sakramen Tobat pada dasarnya termasuk dalam kategori sakramen penyembuhan, dalam pengertian yang lebih spesifik sebagai penyembuhan iman dan rohani. Dengan asumsi, setiap umat Katolik dan umat manusia umumnya, perlu dibersihkan dari dosa-dosa yang dilakukan sehari-hari, dengan sadar ataupun tanpa sadar.

Ada salah satu yang menjadi pertanyaan saudara-saudara kita yaitu, bukankah dosa itu urusan pribadi Allah dengan kita? Terhadap hal ini kita dapat menjawab bahwa dosa juga menjadi urusan Gereja karena kita dengan Gereja seluruhnya adalah Tubuh Mistik Kristus, bila kita berdosa yang merasakan akibat dosa itu tidak hanya kita tetapi juga Gereja. Berikut beberapa contoh hal tersebut dalam kitab suci: 1 kor 5:1-5 berbicara tentang Paulus yang menghukum orang yang menikah dengan isteri ayahnya dan memerintahkan supaya orang tersebut dikucilkan dari jemaat dengan maksud supaya pada akhirnya jiwanya diselamatkan. 2 Kor 2:5-11 berbicara tentang Paulus (dan jemaat Korintus) yang mempunyai wewenang untuk mengampuni dosa seorang anggota jemaat. Mat 18:15-20 berbunyi, "Apabila saudaramu berbuat dosa, tegurlah dia di bawah empat mata ... Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat."

4.       Sakramen Krisma (Penguatan)

Sakramen Krisma atau penguatan merupakan wujud dari peristiwa turunnya Roh Kudus atas para rasul (Kisah Para Rasul 2). Roh Kudus hadir untuk menjadi sumber kekuatan dan penganti Yesus Kristus di dunia bagi manusia. Sakramen Krisma adalah salah satu dari tiga Sakramen Inisiasi yaitu Baptis, Krisma, dan Ekaristi. Sakramen Krisma memiliki dasar Kitab Suci dari Kis 8:16-17 "Sebab Roh Kudus belum turun di atas seorangpun di antara mereka, karena mereka hanya dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. Kemudian keduanya menumpangkan tangan di atas mereka, lalu mereka menerima Roh Kudus."  dan dari Kis 19:5-6 "Ketika mereka mendengar hal itu, mereka memberi diri mereka dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. Dan ketika Paulus menumpangkan tangan di atas mereka, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, dan mulailah mereka berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat". Dari kedua kutipan ini jelas bahwa Sakramen Krisma membutuhkan penumpangan tangan untuk mengundang Roh Kudus. Di dalam sakramen Krisma, kita menerima "Kepenuhan Roh Kudus" sehingga kita dapat secara penuh dan aktif berkarya dalam Gereja. Sebenarnya Roh Kudus pun sudah kita terima saat Permandian, yaitu Roh yang menjadikan kita Anak-Anak Allah, dan yang membersihkan kita dari Dosa Asal. Itulah disebutkan bahwa Sakramen Babtis adalah Sakramen Paskah dan Sakramen Krisma adalah Sakramen Pantekosta. Dalam Sakramen Krisma juga ada Pengurapan dengan minyak Krisma yang berarti kita yang sudah menerima Krisma Dikuduskan, Dikhususkan, dan menerima Kuasa untuk melakukan tugas perutusan kita sebagai umat beriman (bdk 1 Samuel 10:1;1Samuel 16:13;  1 Raj 1:39). Dengan menerima Sakramen Krisma, kita menerima Roh Kudus yang merupakan meterai, tanda bahwa kita ini milik Allah.

5.       Sakramen Imamat (Tahbisan)

Imam adalah bagian dari umat Allah, yang terpanggil untuk melanjutkan misi penyelamatan Yesus di dunia. Artinya, tidak semua orang Katolik akan menerima sakramen ini dan hanya orang-orang terpilih saja seperti Biarawan dan Biarawati.

Disamping itu juga, pemberi sakramen ini hanya boleh dilakukan oleh Uskup, sebagai wakil Paus. Suksesi Apostolik berkaitan erat dengan Sakramen Imamat, karena dengan adanya Sakramen ini maka dimungkinkan adanya Suksesi Apostolik dan dengan menerima Sakramen Imamat dari mereka yang memiliki Suksesi Apostolik yang sah maka penerima akan turut ambil bagian dalam Imamat Kristus (secara khusus) sebagai Imam, karena dengan inilah Gereja percaya bahwa Tahbisan Suci itu benar-benar merupakan suatu Sakramen.

Sakramen Tahbisan diberikan oleh Uskup kepada mereka yang telah mendapat tahbisan diakon. Dalam kitab suci sebagai contoh kita dapat di lihat pada Kis 14:23 "Di tiap-tiap jemaat rasul-rasul itu menetapkan penatua-penatua bagi jemaat itu dan setelah berdoa dan berpuasa, mereka menyerahkan penatua-penatua itu kepada Tuhan, yang adalah sumber kepercayaan mereka" juga pada Kis 20:17,28.  Kemudian bila kita perhatikan dalam 1Kor 12:28 "Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar." Jadi disini jelas bahwa dalam Gereja ada pembedaan fungsi dan peran yang masing-masing memiliki jenjang tersendiri. Pentahbisan para pelayan gereja juga ditunjukkan dengan penumpangan tangan (Kis 6:6, Kis 13:3).

6.       Sakramen Perkawinan

Gereja Katolik mengenal Sakramen Perkawinan sebagai salah satu dari ketujuah Sakramen. Hal ini menunjukkan bahwa perkawinan adalah suatu hal yang luhur. Dengan adanya sakramen pernikahan secara lahiriah ada tanda yang menyatakan bahwa Allah hadir dalam kehidupan perkawinan dan Allah menjadi saksi cinta kasih sang suami dan istri (bdk Mal 2:14). Perkawinan dijadikan sakramen karena kitab suci sendiri mengisyaratkan seperti menjunjung tinggi perkawinan. Bahkan Paulus menegaskan supaya suami-istri saling mencintai seperti Kristus mencintai umat-Nya (Ef 5:21-33). Kitab Kejadian memberikan gambaran bahwa Allah sungguh memberkati perkawinan  (bdk Kej 1:28). Campur tangan Allah itulah yang menjadi dasar yang kuat untuk menjadikan perkawinan sebagai sakramen. Menurut Gereja Katolik, perkawinan itu bersifat kekal atau tidak terceraikan dan ini  sesuai dengan Kitab Suci (bdk Markus 10:1-12, Roma 7:2-3 dan Lukas 16:18). Dalam istilah Gereja ada istilah Annulments yang dalam hukum gereja berarti sejak awal mula tidak ditemukan perkawinan yang sah (perkawinan yang menjadi batal karena tidak memenuhi hukum Gereja atau sebab musabab yang sesuai hukum Gereja). Dalam Gereja Katolik jika pasangan yang menikah salah satunya ada yang meninggal maka pasangan yang satunya dapat kembali menikah di gereja. Dalam Gereja Katolik, Sakramen Perkawinan sifatnya tidak terceraikan (Matius 19:6) dan kudus di hadapan Allah.

7.       Sakramen Pengurapan Orang Sakit

Sakramen ini adalah salah satu dari 7 sakramen yang umumnya diberikan Gereja kepada orang yang dalam keadaan bahaya kematian atau orang yang dalam kondisi sakit berat/parah. Melalui sakramen ini, Tuhan ingin hadir dekat dengan mereka yang sakit melalui Perantaraan Pelayan Gereja. Tanda lahiriah yang meneguhkan itu diharapkan akan menumbuhkan/menguatkan Iman mereka. Tanda itu terdiri dari penumpangan tangan (tanda perlindungan, penghiburan dan penguatan) dan pengurapan dengan minyak (tanda kedekatan yang meringankan, Tanda Roh Kudus yang menyerupakan Manusia dengan Kristus [Kristus: yang Terurapi]).

                Sakramen ini memiliki dasar kitab suci antara lain: Mark 6:13 "dan mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka"; Mark 16:18 "mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh"; Yak 5:14-16 "Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan. Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni. Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya." Dengan menerima sakramen ini mereka yang sakit mendapat peneguhan bahwa Allah hadir dan mendampingi sehingga mereka percaya bahwa Allah membantu menanggung beban mereka (Mat 8:17).


Sumber :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membangun dan Menguatkan

Membangun dan Menguatkan “Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.” (Ibrani 10:24-25) Dalam menjalani kehidupan ini, tak dapat dipungkiri bahwa masalah bisa saja datang silih berganti. Masalah-masalah yang datang terkadang mampu kita hadapi seorang diri tetapi ada kalanya masalah itu terlalu berat dan kita membutuhkan topangan dari orang lain. Tuhan Yesus sendiri memang menciptakan manusia sebagai makhluk sosial dan bukan makhluk individualis. Dalam Kejadian 2:18 berkata “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” Firman ini memiliki arti bahwa manusia memang diciptakan memiliki keterkaitan  dengan sesamanya. Kita sebagai manusia meman...

Renungan Bulan Desember

Firman Tuhan Adalah Benih Yang Menghidupkan ( Mzm. 1:1-3 ; Luk. 8:11-15) Mazm. 1:1-3    Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil. Firman Tuhan adalah makanan rohani orang percaya untuk bertumbuh akan pengenalan kepada Yesus dan kebenaran-Nya. Namun dewasa ini, banyak orang Kristen yang enggan membaca Alkitab dengan berbagai alasan. Padahal, jika kita membaca dalam Mzm. 1:1-3, seharusnya kita senantiasa membaca bahkan merenungkan Firman Tuhan agar kita menjadi orang yang diberkati di dalam Dia. Menjadi orang yang diberkati bukan menjadi tujuan hidup orang yang hidup di dalam Tuhan, melainkan suatu anug...

Review Pendalaman Alkitab

DOA Waktu Pelaksanaan      : Selasa, 12 Oktober 2021 Pemateri                       : Ev. Pieter G. O. Sunkudon Jumlah Peserta             : 47 orang Ayat Alkitab                : Matius 6:5-15      Doa merupakan kebiasaan atau gaya hidup setiap orang percaya sehingga seringkali dikatakan doa sebagai nafas hidup orang percaya. Seringkali kita berdoa tetapi tidak juga didengar atau dibalaskan oleh Tuhan. Hal ini dikarenakan beberapa kesalahan yang kita perbuat ketika berdoa. Dalam Matius 6:5-8, Tuhan Yesus mengajarkan bagaimana seharusnya sikap seseorang dalam berdoa. Dalam firman Tuhan tersebut, dikatakan bahwa seringkali banyak orang yang berdoa seperti orang munafik yang berdoa di tempat umum untuk dilihat atau dikenal...