Langsung ke konten utama

RENUNGAN BULAN SEPTEMBER 2022

 

"Move on: Level Up With Jesus"


Yunita Pangala (Akuntansi 2019)

Seseorang, siapapun itu, yang pernah ada di hidup kita, ketika pergi pasti meninggalkan bekas. Tanpa mereka, mungkin kita tidak menjadi seseorang yang seperti sekarang. Mereka memiliki jasa dalam hidup kita walaupun mereka ‘pergi untuk selama-lamanya’ dari hidup kita – baik lewat cara yang menyakitkan atau pun baik-baik.

Kadang kita mendengar istilah “move on” bila menyangkut sesuatu yang pernah ada. Move on sering disederhanakan sebagai fase pindah ke lain hati. Padahal secara harafiah, ‘move’ berarti pindah dan ‘move on’ berarti proses berpindah. Dipandang dari perspektif yang lebih luas, ‘move on’ sebenarnya bisa juga mengacu pada proses beralih fokus dari orang atau peristiwa di masa lalu yang menyakiti hati – tidak melulu percintaan.

Memang berat untuk melepaskan rasa luka masa lalu yang membekas pada kita. Karenanya, terkadang kita jadi merasa perlu untuk mencari suatu pelampiasan. Di waktu mengalami masa-masa sukar move on, kerap kali kita menjadi lupa bahwa ada Tuhan yang senantiasa menolong dan menyertai kita. Tuhan menemani kita melalui saat-saat tersebut.

Mazmur 124:8 berbunyi, 

"Pertolongan kita adalah dalam nama TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi," 

dan 1 Korintus 1:3 bertuliskan, 

"Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu."

Kedua ayat di atas dengan gamblang mengingatkan kita bahwa pertolongan kita hanya ada dalam-Nya dan kasih karunia dan damai sejahtera-Nya juga senantiasa menyertai kita.

Alih-alih sebatas move on, kita juga perlu move up. ‘Move up’ dapat diartikan berpindah ke atas, atau lebih dalam lagi bisa dimaknai sebagai moving to level up with Jesus. Patah hati, kejadian menyakitkan, juga masa lalu kelam yang Tuhan izinkan terjadi dalam hidup kita, boleh kita maknai semata-mata agar kita senantiasa mengingat akan kasih Allah yang begitu besar pada kita (Yohanes 3:16).

Allah adalah kasih (1 Yohanes 4:16), kasih yang sempurna hanya ada di dalam Allah sendiri (1 Yohanes 4:17), bukan yang lain. 

Mari kita melihat moment kehilangan kita sebagai ajang yang diizinkan Tuhan agar kita bertumbuh dan bertekun di dalam-Nya. Mungkin Tuhan mengambil seseorang dari kita agar kita kembali berfokus pada-Nya, sang Sumber Kasih, bukannya teralihkan pada yang lain.

Ada sebuah kutipan yang begitu dalam maknanya, yang mengatakan “Tuhan menghancurkan apa yang kita inginkan, tetapi Ia memberikan gantinya lebih dari yang kita inginkan”. 

Hidup kita ini seperti bejana tanah liat yang harus siap hancur. Pada proses pembuatannya, perajin tak akan segan-segan menghancurkan bejana yang cacat dan membentuk kembali hingga bejana tersebut sempurna. Sama halnya dengan pribadi kita dalam kehidupan. Saat mengalami kegagalan atau kehancuran, Tuhan tidak pernah tinggal diam dan meninggalkan kita. Yakinlah bahwa momen kegagalan atau kehancuran bukan sebuah akhir, melainkan sebuah titik balik. Titik balik menjadi pribadi yang lebih baik dan kian disempurnakan, sekaligus pengingat agar kita tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Kita bisa saja memilih menjelekkan atau membenci mereka yang meninggalkan kita oleh karena hancurnya hati kita. Namun keberadaan Tuhan yang mengisi hati kita juga memberi pilihan, apakah kita akan terus berada dalam kesedihan dan penyesalan itu, ataukah kita memilih untuk naik level bersama Dia?

Percayalah bahwa Tuhan memegang hari esok. Kesedihan dan kesukaran yang kita alami sekarang, tak lebih dan tak kurang merupakan sebuah ajang bagi Tuhan untuk mempersiapkan diri kita melangkah di kemudian hari, bersama kasih-Nya yang tak pernah berkesudahan. Oleh karena kasih-Nya yang telah tercurah atas kita, kiranya kita pun menyadari serta memperoleh kekuatan untuk dapat mengampuni masa lalu kita. AMEN!


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membangun dan Menguatkan

Membangun dan Menguatkan “Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.” (Ibrani 10:24-25) Dalam menjalani kehidupan ini, tak dapat dipungkiri bahwa masalah bisa saja datang silih berganti. Masalah-masalah yang datang terkadang mampu kita hadapi seorang diri tetapi ada kalanya masalah itu terlalu berat dan kita membutuhkan topangan dari orang lain. Tuhan Yesus sendiri memang menciptakan manusia sebagai makhluk sosial dan bukan makhluk individualis. Dalam Kejadian 2:18 berkata “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” Firman ini memiliki arti bahwa manusia memang diciptakan memiliki keterkaitan  dengan sesamanya. Kita sebagai manusia meman...

Renungan Bulan Desember

Firman Tuhan Adalah Benih Yang Menghidupkan ( Mzm. 1:1-3 ; Luk. 8:11-15) Mazm. 1:1-3    Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil. Firman Tuhan adalah makanan rohani orang percaya untuk bertumbuh akan pengenalan kepada Yesus dan kebenaran-Nya. Namun dewasa ini, banyak orang Kristen yang enggan membaca Alkitab dengan berbagai alasan. Padahal, jika kita membaca dalam Mzm. 1:1-3, seharusnya kita senantiasa membaca bahkan merenungkan Firman Tuhan agar kita menjadi orang yang diberkati di dalam Dia. Menjadi orang yang diberkati bukan menjadi tujuan hidup orang yang hidup di dalam Tuhan, melainkan suatu anug...

Review Pendalaman Alkitab

DOA Waktu Pelaksanaan      : Selasa, 12 Oktober 2021 Pemateri                       : Ev. Pieter G. O. Sunkudon Jumlah Peserta             : 47 orang Ayat Alkitab                : Matius 6:5-15      Doa merupakan kebiasaan atau gaya hidup setiap orang percaya sehingga seringkali dikatakan doa sebagai nafas hidup orang percaya. Seringkali kita berdoa tetapi tidak juga didengar atau dibalaskan oleh Tuhan. Hal ini dikarenakan beberapa kesalahan yang kita perbuat ketika berdoa. Dalam Matius 6:5-8, Tuhan Yesus mengajarkan bagaimana seharusnya sikap seseorang dalam berdoa. Dalam firman Tuhan tersebut, dikatakan bahwa seringkali banyak orang yang berdoa seperti orang munafik yang berdoa di tempat umum untuk dilihat atau dikenal...