"Uang atau Tuhan?"
Amsal
19:17
“Siapa
menaruh bela kasihan kepada orang lemah memiutangi Tuhan yang akan membalas perbuatannya
itu” Tema ini penting karena dalam kehidupan kita membutuhkan uang, seperti
beli bensin, dll. Di Alkitab, Mamon (rumah harta benda kekayaan) menjadi salah
satu saingan terbesar bagi Allah (Matius 6:24). Mamon dipakai Tuhan Yesus
sebagai perbandingan dalam pengajaran Tuhan Yesus. Mamon (secara khusus: uang)
adalah tuan (pribadi yang dituankan), di mana ini mendominasi kita untuk menggantungkan
diri sepenuhnya kepada uang.
Lukas
16: 9-13, dikatakan bahwa seorang hamba tidak boleh punya 2 tuan karena
pastinya salah satu akan lebih disayangi oleh hamba ketimbang tuan lainnya.
Kita tidak akan melayani Tuhan dan Mamon dalam waktu yang bersamaan. Orang yang
menjadikan uang sebagai tuan juga menerima firman namun pada pihak lain ada
godaan terhadap kekayaan/keserakahan itu sehingga firman itu tidak berbuah
lagi. Firman Tuhan bagaikan buah yang ada di tengah-tengah duri, sehingga kita tertusuk
dan lalai. Di sisi lain, orang kaya yang bodoh, uang menjamin keamanan total
bagi mereka yang menjadikan uang/mamon sebagai tuannya. Apakah menabung berarti
kita bodoh dan menggantungkan diri pada mamon?
Sekalipun
kita kaya, jika menganggap kekayaan kita sebagai pelabuhan terakhir dan
melupakan sesama kita yang berkekurangan, hal itu tidak ada artinya. Kita
memahami Tuhan dengan memperhatikan dan menolong sesama kita yang berkekurangan
dan butuh pertolongan di sekitar kita. Jangan sampai kita tidak turut merasakan
apa yang orang lain rasakan karena itulah letak kesalahannya. Menggunakan
hartanya sendiri tanpa dirasakan orang lain adalah kesalahan yang kedua. Orang
kaya terlena dengan mamon sehingga melupakan Tuhan dalam kehidupannya. Dasar keselamatan
bagi kita adalah bagaimana anugerah Allah kita kelola dengan baik sebagai
respon kita, yaitu dengan menggunakannya dengan baik untuk kebtuhan, ditabung,
dan juga menolong orang yang kesusahan.
Ketika mamon/uang kita jadikan sebagai hamba, Zakheus mau memberi setengah miliknya untuk orang miskin dan mengembalikan empat kali uang yang diambilnya dari orang-orang yang ditagihnya. Respon kita atas anugrah Tuhan adalah rasa syukur kita kepada Tuhan. Jangan tanya apa yang Tuhan berikan, namun tanya diri kita sendiri apa yang akan kita berikan kepada Tuhan secara khusus memberi berkat kita kepada orang-orang miskin.
Kesimpulannya:
1.
Uang dan Tuhan bersaing untuk mendapat tempat pertama dalam hidup kita
2.
Cara kita mengelola harta kekayaan memengaruhi persekutuan kita dengan Tuhan
Pilihan
ditentukan oleh diri kita sendiri.
Komentar
Posting Komentar